Menarilah kau bersama kumpulan bangkai-bangkai, menarilah terus hingga kau benar-benar lupa akan duniamu yang kelam. Menarilah kau bersama kumbang dan mawar, rasakan keberadaan mereka hingga kau merasa makhluk yang tiada guna. Biarkan jari-jari lentik itu bekerja, terus bekerja hingga larut tak terbatas waktu.
Mana kala sinar bulan telah musnah, janganlah bersedih. Sinar-sinar masih akan tetap ada, walau badai topan menghancurkan sumber energi.
Ada saatnya kau lelah, ada saatnya kau terjaga. Di Setiap jejak langkah manusia akan selalu teriring do'a, hingga kuping Tuhan merasa lelah lalu bernanah, dan akhirnya tuli. Dan di saat mulut mereka telah berbusa, tak akan ada yang sadar, hanya diri sendiri yang mampu menetralkan luka.
Jika kau bisa menari, menarilah. Jika kau bisa bernyanyi, menyanyilah. Jika kau bisa menulis, tulislah semilenium kisah. Dan jika kau tak bisa apa-apa, maka matilah.
Rambutmu yang hitam kelak akan beruban. Kakimu yang kokoh kelak akan rapuh. Tiada yang lebih indah dari kematian. Dan tak ada yang lebih nikmat dari penderitaan.
Di sela angin malam yang merayu, biarkan waktu berjalan sesuai titahnya. Di setiap jengkal kehidupan ini, biarlah berjalan sesuai alurnya. Tapi bagaimana jika seumur hidup sial? Lawanlah!
Tak ada yang mustahil selagi nyawa masih ada, tak akan pernah sia-sia selagi tekad melampaui realitas. Lalu biarkan Tuhan bersemayam di gubukNya. Tak ada guna selalu bergumam kepada sesuatu yang tidak bernyawa.