Lihat ke Halaman Asli

Hara Nirankara

Penulis Buku

Mengais Dosa

Diperbarui: 21 September 2019   05:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Hara Nirankara

Akan ada masa di mana mentari tak lagi bersinar, langit gelap gulita, angin tak lagi bersahabat. Semuanya hancur, porak-poranda ditelan kejamnya jaman. Banyak orang lari sempoyongan, lari kencang hingga mendahului satu sama lain. Ya, mereka lari dan terus berlari. Mencari tempat untuk bersembunyi. 

Mencari tempat untuk menormalkan detak jantung. Mencari tempat untuk menghela nafas panjang. Dan sesekali memejamkan mata, keringat bercucuran membasahi jasad makhluk fana.

Aku melihat mereka menjerit. Aku melihat mereka menangis. Aku melihat mereka memohon. Dan aku dengar mereka meminta belas kasih Sang Tuhan. Tapi sayangnya Tuhan tuli. Tuhan buta. Tuhan. Bisu. Tuhan tak bisa melakukan apapun.

Alam sudah murka. Manusia mengkhianati janji sucinya. Alam murka, marah, hingga jejeran gunung berapi mengeluarkan senjatanya. Angin tak kalah ganas. Angin menerbangkan seisi gemerlap dunia. Bahkan petir menggelegar, melihat kacaunya tatanan kehidupan. Sedang Sang Bumi? Ia menggoncangkan seluruh permukaan, hingga terpental-pental manusia dibuatnya.

Kenapa harus lari? Kenapa harus bersembunyi? Kenapa tak dihadapi saja segala konsekuensi atas keserakahan manusia? Untuk apa terus menghindar, bila akhirnya harus kalah, mati, dan musnah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline