Lihat ke Halaman Asli

Hara Nirankara

Penulis Buku

Melankofisa

Diperbarui: 4 Juli 2019   15:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melankofisa. Sebuah rindu yang tak pernah terjamah. Sebuah lembah yang tak pernah dipandang ada. Dan sebuah harapan yang selalu digadaikan

Melankofisa pernah berkata. "aku adalah prasa yang tak diinginkan". Tapi lain orang, lain aku. Melankofisa bagiku adalah candu. Di mana senja kalah indah dibandingnya

Melankofisa tak terganti. Tak berwujud. Dan tak berhati

Melankofisa bisa disebut lara, sepi, penderitaan. Mungkin sajak tak bisa menggalinya. Mungkin juga tak kuasa membendungnya

Deru hujan kalah ganas. Puting beliung kalah menakutkan. Badai salju kalah dingin. Dan petir tak ada apa-apanya

Melankofisa tempat berkumpulnya tragedi. Tempat naungan seluruh semesta. Tempat bersandar segala pengaduan

Ulama kalah suci, penyair kalah kasta. Cendikiawan kalah bijak, dan pelacur kalah menggoda. Melankofisa tak tertandingi, tiada tara. Melankofisa tak terdeskripsi, tak tersaingi

Dan siapakah Melankofisa? Coba kau pejamkan mata, bernafas menghayati. Pastikan tak ada suara, pastikan tak ada siapapun. Dan ketika angin menembus otakmu, maka Melankofisa bisa kau cumbu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline