Pada tanggal 28-29 Oktober 2024 HIMA SPI mengadakan Historical Expedition yang berkolaborasi dengan prodi SPI, dengan diikuti 300 peserta yang terdiri dari semester 3, 5, dan 7. Tujuan dari diadakan kegiatan ini adalah memberikan edukasi sejarah dan kebudayaan kepada peserta dan pemberian tugas dari masing-masing dosen pengampu untuk para mahasiswa. Historical Expedition memiliki lima rangkaian acara, yang diikuti secara menyenangkan oleh seluruh peserta dan dosen.
Memasuki tujuan pertama yakni Makam Imogiri, para peserta menuju ke makam yang berada di atas bukit dengan menaiki kurang lebih 500 anak tangga. Sesampainya diatas, yakni pendopo yang berada dibawah makam, para peserta mendapatkan penjelasan mengenai sejarah dan juga silsilah dari para raja-raja Kesultanan Mataram Islam serta berbagai tradisi yang masih di lestarikan di sekitar kompleks pemakaman Imogiri. Pengelola makam atau sering disebut sebagai abdi dalem, memberikan pemaparan mengenai peninggalan budaya yang penting, serta bagaimana pemakaman ini menjadi sebuah simbol dari kehormatan leluhur dan sejarah Yogyakarta.
Tujuan kedua adalah Jalan Malioboro. Kunjungan ke Malioboro ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan mengenai perkembangan pusat perdagangan dan budaya di Yogyakarta. Peserta melakukan eksplorasi dan pengamatan langsung serta berdialog dengan pelaku usaha kecil untuk memahami peran Malioboro sebagai destinasi wisata budaya dan ekonomi masyarakat.
Tak lupa Historical Expedition juga berkolaborasi dengan Diesnatalis SPI yeng ke-49. Puncak acara Diesnatalis dilakasanakan pada malam hari di penginapan. Acara dibuka oleh pembawa acara dan dilanjutkan dengan pembacaan Al Quran serta istighosah bersama dari mahasiswa dan dosen SPI. Acara ditutup dengan pemotongan tumpeng oleh Bapak Dr. Nyong Eka Teguh Iman Santosa M.Fil.I selaku kepala prodi Sejarah Peradaban Islam dan dilanjutkan dengan makan bersama oleh seluruh peserta.
Di hari kedua, dilanjutkan menuju ke Pura Pakualaman yang merupakan istana peninggalan Pangeran Pakualaman I atau Bendara Pangeran Harya Natakusuma. Dibangun pada tahun 1812 oleh Pangeran Natakusuma. Peserta mendapatkan penjelasan mengenai sistem pemerintahan Kadipaten dan peran penting Kadipaten dalam sejarah politik serta kebudayaan Yogyakarta. Pihak dari Pura memberikan sambutan dan juga mengajak peserta untuk tour singkat ke area Pura untuk melihat arsitektur dan peninggalan budaya yang ada.
Perjalanan selanjutnya menuju Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, para peserta mendapatkan pemaparan materi langsung dari para abdi dalem tentang sejarah Keraton, adat istiadat yang masih dilestarikan, serta peran Keraton sebagai pusat kebudayaan dan juga kearifan lokal. Kunjungan ini bertujuan memperkenalkan kepada peserta mengenai kehidupan di dalam lingkungan keraton serta nilai-nilai budaya yang diwariskan secara turun temurun. Pada saat kunjungan kesana, bertepatan dengan adanya pameran Parama Iswari, yaitu pameran yang mengisahkan para permaisuri raja-raja Yogyakarta.
Destinasi kedua menuju Masjid Gede Kauman, hal ini dilakukan agar para peserta dapat memahami sejarah perkembangan Islam di Yogyakarta serta bagaimana peran penting dari Masjid Kauman sebagai pusat kegiatan keagamaan sejak zaman Hamengkubuwono I. Peserta berkesempatan untuk dapat melakukan ibadah sholat dan juga mendapatkan penjelasan materi tentang arsitektur dan juga sejarah masjid dari ketua takmir masjid.
Perjalanan terakhir adalah menuju ke Universitas Gajah Mada (UGM) disana peserta mendapat materi di gedung auditorium Fakultas Ilmu dan Budaya, tentang sejarah dari Kesultanan Mataram Islam, mulai dari masa Panmebahan Senopati hingga masa Susuhunan Amangkurat I. Pemateri yang menjelaskan adalah salah satu dosen dari prodi Ilmu Sejarah UGM yaitu Bapak Dr. Ahmad Athoillah. Acara ditutup dengan penandatanganan MOU antara UINSA dan juga UGM, penukaran cinderamata dan juga sesi dokumentasi bersama.
Kegiatan Diesnatalis ke-49 dan Historical Expedition sampai kembali ke Surabaya pada pukul 23.00 WIB. Seluruh mahasiswa dan dosen sampai kampus dengan keadaan selamat. Dengan adanya kegiatan ini, adanya harapan dapat menumbuhkan kecintaan mahasiswa pada sejarah dan kebudayaan Indonesia serta meningkatkan wawasan pendidikan. Sejarah bukan hanya untuk masa lalu tetapi juga untuk masa depan.