Sebenarnya apa sih Hustle Culture itu?, Hustle Culture secara definisi dapat disimpulkan budaya bekerja terlalu keras yang mana seseorang mendorong diri nya sendiri untuk melewati batas kemampuan nya agar mencapai suatu tujuan.
Istilah Hustle Culture ini pertama kali dikenalkan oleh seorang Psikolog Amerika bernama Wayne Oates dalam bukunya yang berjudul 'Confession of a workholic: The Facts about work addiction' pada tahun 1971.
Semakin berkembangnya zaman akhirnya istilah Hustle Culture semakin berkembang dan sekarang melekat pada gaya hidup Gen Z.
Seperti dapat kita ketahui banyak remaja sekarang lulusan SMA sederajat yang lebih memilih untuk mencari pekerjaan daripada melanjutkan pendidikan nya, salah satu faktor nya mungkin ia merasa ketika ia bekerja ia akan lebih cepat mendapatkan hasil yang nyata ketimbang ia harus lelah belajar di kelas yang hasilnya juga belum tentu kelihatan saat itu juga.
Tapi tanpa mereka sadari dengan mereka melanjutkan pendidikan nya, mereka akan mendapatkan banyak ilmu serta pengalaman yang sangat bermanfaat untuk masa depan nya kelak.
Kenapa bisa terjadi di kalangan Gen Z?, Sebenarnya istilah Hustle Culture sudah ada sejak lama, akan tetapi baru di gembor-gemborkan akhir-akahir ini dikarenakan banyak nya generasi sandwich, yaitu seseorang yang mana dia memiliki tanggungjawab lebih atas diri nya sendiri dan keluarga nya, sehingga mau tidak mau ia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup keduanya.
Selain itu, berdasarkan hasil riset, banyak sekali Gen Z yang memiliki minta kerja yang tinggi, studi menemukan 58 % pekerja Gen Z bersedia bekerja malam dan akhir pekan demi gaji yang lebih tinggi. Bahkan 67% pencari kerja Gen Z bersedia untuk pindah domisili agar ia tetap bisa bekerja.
Penyebab-penyebab lain yang akhir nya menyebabkan seseorang terjerumus pada budaya hustle ini antara lain :
Kemajuan Teknologi, semakin berkembangnya zaman maka semakin berkembang pula teknologi di dunia, adanya perkembangan teknologi memang sangat menguntungkan bagi kebanyakan orang, akan tetapi jika kita tidak dapat menggunakan nya dengan baik maka akan berdampak buruk untuk kehidupan kita.
Konstruksi Sosial, merupakan pernyataan yang dijadikan sudut pandang dari kesadaran dimana cara berhubungan dengan manusia lainnya. Seperti contohnya banyak sekali kita lihat orang-orang disekitar kita atau bahkan terjadi pada diri kita sendiri, tanpa sadar kita sering membandingkan diri kita dengan orang lain, sehingga muncul lah keinginan untuk menjadi si dia, padahal setiap individu punya proses dan cerita nya masing-masing.
Toxic Positivity, hal ini merupakan kondisi dimana seseorang memaksa dirinya atau orang lain untuk selalu berpikir positif dan menolak segala hal emosi negatif.