Lihat ke Halaman Asli

H.M.Hamidi

Berusaha Berdo'a Bersyukur Berpikir Positif

Analisa Peluang Cakada Lombok Timur 2024

Diperbarui: 1 September 2024   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pribadi

Kamis pukul 00 WITA 29 Agustus 2024 secara resmi pendaftaran calon kepala daerah kabupaten lombok timur secara resmi ditutup KPUD setempat. 

Adapun pasangan  yang secara resmi mendaftar adalah pertama Rumaksi - Sukisman yang diusung partai Nasdem, Demokrat dan Gelora dengan jumlah kursi 12. Kedua Pasangan Lutfi - Wahid yang diusung partai Perindo dan PKB jumlah kursi 8. Ketiga Pasangan Iron - Edwin yang diusung partai Gerindra, PAN, Golkar dan PPP dengan 20 kursi. Keempat Pasangan SJP - TGF diusung PKS dengan 5 kursi terakhir adalah Pasangan Tanwir - Palori yang diusung PDIP, PBB dan Partai Buruh dengan 4 kursi.

Kelima pasangan tersebut masing masing memiliki keunggulan tersendiri untuk dapat memenangkan kontestasi yang akan digelar pada 27 November mendatang.

Penulis mencoba menganalisa peluang  kelima bakal calon tersebut dari beberapa faktor antara lain ;
Pertama, faktor mitos. sejak pemilihan langsung Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur hingga kini belum ada mantan wakil bupati yang terpilih menjadi bupati lombok timur, dua dari wakil bupati yang akan bertarung pada pilkada 2024 ini pernah mengalaminya. Akankah mitos ini terulang atau terpatahkan menarik kita tunggu pada hari Rabu 27 November 2024.

Jika mitos ini terulang maka dua pasangan yang akan bertarung saat ini, memiliki peluang  yang cukup terbuka karena keduanya belum pernah menjadi wakil bupati dan merupakan pendatang baru yaitu pasangan SJP - TGF dan Tanwir - Palori.

Selanjutnya mitos kedua adalah belum ada dari unsur ormas yang berhasil menjadi Bupati di lombok timur seperti yang terjadi pada pilkada sebelumnya. Saat itu pasangan Abd Wahab - Lale Yaqut yang didukung NW Anjani dan Lutfi - Najamudin yang didukung NW Pancor. Keduanya dikalahkan oleh Ali Bin Dahlan dan Sukiman Azmi.

Jika asumsi ini benar, maka ada dua pasangan yang berpeluang menjadi pemenang yaitu pasangan Rumaksi - Sukisman dan Tanwir - Palori. Hal ini disebabkan karena  kedua pasangan tersebut tidak bersentuhan langsung dengan ormas yang ada seperti NW, NWDI, Maraqitta'limat, NU, Muhamadiyah, As-sunah/Wahabi.

Kedua, faktor dukungan partai politik. Dilihat dari jumlah partai politik pendukung  maka pasangan yang memiliki peluang paling besar adalah Iron - Edwin dengan 20 kursi atau 40% dari jumlah kursi yang ada dengan perkiraan perolehan suara sekitar 324.000 sesuai hasil pileg kemarin. Kemudian secara berurutan pasangan Rumaksi - Sukisman dengan jumlah kursi 12 atau 24%. Lutfi - Wahid dengan 8 kursi atau 16%. SJP - TGF dengan 5 kursi atau 10% dan Tanwir - Palori dengan 4 kursi atau 8%.

Ketiga, faktor dukungan ormas. Jika dilihat dari ormas yang secara langsung melekat pada diri bakal calon, Maka pasangan yang memiliki peluang paling besar adalah Lutfi - Wahid yang didukung oleh NWDI secara utuh karena sejalan dengan partai pengusung yaitu Perindo. Selanjutnya pasangan SJP - TGF yang didukung NW hanya saja dukungan ini berpeluang terbagi karena tidak sejalan dengan partai pengusung yaitu Gerindra. Peluang ketiga dari faktor ini adalah pasangan Iron - Edwin dengan asumsi jeruk manis bisa didapatkan dari pemilih PPP dan Gerindra yang sebagian besar berasal dari warga NW dan jamaah Maraqita'limat. Sementara ormas lainya seperti NU,  Muhammadiyah, As-sunah belum secara tegas menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan.

Keempat faktor geografis, secara geografis pasangan yang memiliki peluang besar adalah Rumaksi - Sukisman karena keduanya representatif mewakili Utara - Selatan, dimana Rumaksi berasal dari kecamatan Pringgabaya berada di wilayah Utara  dan Sukisman di kecamatan sakra wilayah selatan Lombok Timur dengan jumlah pemilih yang cukup besar. Sedangkan empat pasangan lainnya relatif berada di wilayah tengah Lombok Timur.

Kelima Faktor Logistik. Kecukupan logistik bagi setiap calon menjadi kunci utama dalam memenangkan kontestasi politik saat ini. Mahalnya biaya politik dengan sistem yang berlaku sekarang, mengharuskan setiap calon memiliki logistik yang cukup sampai hari pencoblosan nanti. Paradigma yang berkembang di masyarakat bahwa siapa yang bisa memiliki logistik yang lebih dialah yang akan memenangkan pertarungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline