Awal 2013
Assalamualaikum, Suak Puntong
Selembar kertas berisi SK Mutasi mengantarkan saya kesini. Ke sehampar tanah yang di atasnya baru dilahirkan dua unit pembangkit listrik tenaga uap. Sebuah desa di pesisir Samudera Hindia, Suak Puntong namanya. Saya yakin dan percaya, hanya beberapa gelintir orang saja yang pernah mendengarnya. Pun saya, yang lahir dan besar di Aceh belum pernah mendengar namanya. Namun jika penasaran, temukanlah di mesin pencari dengan kata kunci PLTU Nagan Raya.
Sebagai pegawai PLN yang pernah berjanji siap ditempatkan dimana saja, maka di sanalah kami, di bagian paling barat Pulau Sumatera. Di atas tanah yang pernah begitu bersih tersapu tsunami hampir dua belas tahun silam. Di sanalah kami, ditakdirkan Allah untuk menghabiskan beberapa waktu yang diberi Nya dengan baik, yang kelak akan kami pertanggungjawabkan pada hari akhir di hadapan Nya.
***
Di Aceh, yang kondisi kelistrikannya belum stabil, menjadi pegawai PLN terkadang adalah cobaan. Kami harus siap menerima segala macam pertanyaan, kritikan atau tak jarang makian dari orang-orang di sekeliling kami. Ditambah lagi PLTU Nagan Raya dengan kapasitas 2x110 MW, merupakan pembangkit terbesar di Aceh saat ini. Maka tak heran, begitu banyak caci maki yang ditujukan kepada kami saat kondisi kelistrikan di Aceh sedang tidak normal. Masyarakat tidak mau tahu, mereka hanya mau listrik terus menyala. Padahal sebagai insan PLN, kita juga tidak senang apabila harus terjadi pemadaman karena alasan apapun.
Berada di setiap tempat, banyak hal baru yang bisa kita alami. Begitupun kami, berada di sini membuat kami bertemu dengan orang-orang baru. Para operator hebat yang menghabiskan hari dalam shift, yang jika lebaran datang kadang hanya berteman dengan logsheet, tanpa salam takzim dengan Ayahanda dan tak tau bagaimana rasa ketupat Ibunda, Bapak-bapak yang jarang pulang ke rumah karena mengaku memiliki dua istri (istri pertama pembangkit, yang kedua di rumah), anak-anak muda tangguh yang rela pulang pagi atau dijemput tengah malam untuk menangani gangguan, yang rela badannya hitam bermandi batubara atau basah kuyup terkena guyuran air dari pompa yang bocor, dan mereka yang lainnya. Yang tak mungkin diceritakan satu persatu.
Di sini, sebuah keluarga baru telah terbentuk. Ada agam-inong asli Aceh yang membanggakan, serta orang-orang rantau yang hebat meski seringkali galau akibat mahalnya harga tiket untuk mudik dan kerinduan akan mutasi ke kampung halaman. Namun loyalitas tetap terjaga, ikhlas mengabdikan diri demi bekerja nyata menerangi negeri. Dari sini, dari desa kecil bernama Suak Puntong.
Mungkin sosok kami tak terlihat, wajah kami tak pernah dikenal. Namun hasil keringat kami, setiap kWh listrik yang terbangkitkan dari sini, semoga menjadi amal baik yang mengalir sampai ke Mesjid-Mesjid tempat shalat ditegakkan dan taklim dimakmurkan, ke balai-balai yang riuh oleh suara anak-anak yang mengaji, ke sudut-sudut rumah tempat ibu-ibu memasak dan mencuci,ke gemerlapnya kota bahkan ke pelosok desa. Dan semua itu tentu saja membuat kami bahagia, karena jika rumah anda terang, kamipun senang.
Begitulah, sedikit cerita dari sini. Dari desa yang mungkin baru hari ini anda dengar namanya. Bagaimanapun, menjadi pegawai PLN telah membuat kami bersyukur. Karena pekerjaan ini ternyata tak sebatas tentang membangkitkan energi, menjaga kehandalan mesin, meningkatkan daya mampu, menurunkan EFOR atau memperbaiki indikator lain untuk meningkatkan kinerja unit. Namun ada nilai lain di sini, di setiap datang dan terbenamnya matahari. Ada jiwa-jiwa, yang berangkat bekerja dengan mengharap keridhaan Nya, semoga apa yang dilakukan, menjadi ibadah, yang memberatkan timbangan amal baik di hari pembalasan kelak. Percayalah, jika sesekali listrik di rumah anda harus padam, maka itu bukan keinginan kami. Itu kemungkinan terburuk yang tidak dapat kami hindari.
PLN, semoga teruslah berjaya. Semoga ribuan pegawai lainnya yang tersebar di Nusantara, tak hanya menggantungkan hidup dengan mencari pendapatan padanya. Namun hendaknya menjadikan PLN sebagai ladang tempat mereka menyemai benih-benih amal baik yang kelak dapat dituai dengan bahagia.