Lihat ke Halaman Asli

Kisah dan Kasih di Lembaran ke-29

Diperbarui: 28 Februari 2022   23:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Perjalanan telah dilalui telah berada di halaman ke-59 dalam tahun ini, yang memiliki banyak impian untuk diraih bersama langkah yang masih nyasar kesana-kemari. Banyak disekitar kita mengatakan perjalanan ini biarlah Tuhan yang mengaturnya tapi keyakinanku adalah perjalanan tersebut hasil dari keputusan kita bukan Tuhan yang memberikan jalan ini untuk dilalui.

Kalau kita berada dijalur ini, maka Tuhan hanya akan memberikan restu dan rintangan untuk bagaimana kita tetap komitmen pada keputusan yang di ambil hari ini. Aku bukan sok jagoan yang paham betul tentang agama namun yang selama aku pelajari begitulah adanya bukan ada apanya... hehehee....

Kebanyakan kita hidup bersama agama untuk menjadi lebih baik bukan lagi dimaknakan sebagai sebuah perjalanan hidup. Kehidupan bertetangga menjadi terkikis akibat tidak sealiran dalam memaknai agama yang dianutnya. Sekali lagi saya bukan Ahli Agama atau bukan Ulama, saya hanya manusia yang sering lupa dengan Tuhannya.

Diatas tadi hanya pengantar saja, tidak pantas untuk dijadikan bahan kajian atau tema diskusi yang saat ini masih bermalas-malasan melek dengan issu yang beredar yang begitu derasnya tapi tidak sederas air terjun yang ada di Bilalang, Bacukiki, Kota Parepare, Sulawesi Selatan... hehehehe...

Sudah lama tidak menulis cerita atau kisah di Feed Instagram-ku dengan akun media sosial karena tidak membiasakan lagi menangkap imajinasi yang lewat di dunia ideku. Keinginan untuk mengunggah sebuah cerita atau kisah sebenarnya ada namun tak ada satu pun tema yang pantas untuk di upload karena selama ini hanya menulis yang tidak karuang dan tak pantas dibaca.

Perjalanan hidupku sampai detik ini, telah membuka halaman-halaman baru yang untuk diisi dengan hal-hal baru. Melawan diri sendiri hal yang masih aku perjuangkan agar mampu keluar dari zona-zona yang memenjarakan raga. Berusaha menatap dan meratapi kehidupan di dunia nyata yang sangat dekat dengan diriku dan bukan kehidupan di dunia maya yang sering membuat tak sadar bahwa kita telah terhipnotis setiap unggahannya.

Saat ini, saya sedang berusaha menikmati setiap hentakkan kaki di atas tanah untuk memberi keseimbangan dunia maya yang membuatku malas melihat fajar dan senja apalagi rembulan yang sangat indah.

Terlalu banyak kata indah terlontarkan namun tidak mampu menikmati kata indah itu sendiri. Mungkin bukan aku saja yang akan sepakat dengan kalimat diatas... heheheee

Keindahan itu perlu dijaga bukan malah merusaknya dengan ide yang tertuang dalam program-program tak memberi makna bagi kehidupan kita. Aku menuliskan ini hanya ingin curhat tentang persoalan persoalan di sekitarku bukan ingin mencari eksistensi di media sosial bahwa aku pro atau kontra dengan masalah yang ada.

Good By Februari...
Welcome Maret...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline