Lihat ke Halaman Asli

Hizkia RonaldusSilalahi

Tidak ada perjuangan yang sia-sia, maka tetap lah lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan

Jangan Terlalu Banyak Jangan

Diperbarui: 14 Februari 2020   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Giovan Trudis Silalahi dan Ruth Oktaviani Silalahi

Jangan Terlalu Banyak Jangan

Disatu meja kopi kami bersama dengan seorang teman duduk bersama seorang bapak yang juga berprofesi seorang Tentara

Hari ini adalah Hari Valentine yang merupakan hari Kasih sayang, maka Bapak ini menghubungi istri dengan Telepon selulernya.
"Hallo Sayang, Selamat Valentine ya sayang, sehat-sehat disana ya".
Sekitika kami pun tertawa mendengar ucapan bapak tersebut yang tetap menjaga keharmonisan suami istri.
Senyum dan tawa kami disambut oleh bapak tersebut dengan berkata "harus seperti itu walaupun sudah tua, harus tetap memberi perhatian, sederhana tapi dia pasti merasa senang"
Bapak itu kemudian melanjutkan bagaimana beliau juga membangun komunikasi dengan anak-anaknya walaupun jauh, salah seorang anaknya ada yang berkuliah di salah satu Universitas Negri di Pulau Jawa, Bapak ini tetap menghubungi anaknya setiap waktu dan setiap Minggu menghubungi anaknya agar tidak lupa pergi ke gereja walaupun bapak tersebut tidak pergi kegereja, "hallo bos, jangan lupa kegereja ya" (bapak tersebut mempraktekkan bagaimana beliau menelepon anaknya).

Bapak itu bercerita bahwa jangan terlalu banyak kata jangan atau larangan kepada anak, bapak itu pun memberi contoh:
"Kalau di rumah, saya tanya itu kepada anak saya, sudah punya pacar atau belum karena hal itu tidaklah hal yang tabu sebab semua orang juga nantinya akan berpasangan dan menikah. Waktu malam Minggu saya melihat anak saya di rumah, maka saya tanya anak saya, kenapa tidak keluar? Sana pergi malam Mingguan!!...."

Kami pun yang mendengar cerita bapak tersebut tersenyum-senyum mendengar cerita bapak tersebut yang sangat begitu terbuka kepada anaknya.
Bapak tersebut pun mengatakan bahwa tidak pernah ada larangan kepada anaknya untuk mengendarai sepeda motor, kunci sepeda motor Selalu di letakkan di atas meja (dengan memperagakan kunci di letakkan di atas meja). Lanjut bapak tersebut, ketika kita larang-larang anak untuk membawa sepeda motor dan menyimpan kuncinya maka secara insting anak tersebut akan mencari-cari kuncinya agar mencapai tujuannya.
Jadi, jangan terlalu banyak melarang anak-anak, biarkan anak bejalan dengan rata-rata air karena dia akan menemukan jalannya sendiri, karena banyak orang tua yang masih membawa pemikiran yang kolot dengan membandingkan hidupnya yg dulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline