Lihat ke Halaman Asli

Hizkia Nichi Kumaat

Ordinary human being

Karena Timnas Perancis Tidak Melupakan Esensi Pertandingan Olahraga

Diperbarui: 29 September 2018   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar: www.forbesmiddleast.com

Pergelaran Piala Dunia 2018 yang digelar di Rusia telah usai dengan tim nasional Perancis keluar sebagai juara dunia untuk yang kedua kali. Pertama kali timnas Perancis menjuarai turnamen ini tahun 1998.

Perancis berhasil mengalahkan Kroasia di final piala dunia 2018 dengan skor 4-2 dengan Griezman, Pogba dan Mbappe sebagai pencetak gol dan satu gol bunuh diri dari Mandzukic. Kroasia hanya bisa membalas lewat gol Perisic dan gol Mandzukic.

Sebenarnya banyak yang mengecam keberhasilan timnas Perancis menjuarai piala dunia 2018. Kecaman itu datang dari berbagai kalangan, mulai dari pemain sepakbola, pelatih sepakbola, mantan pemain sepakbola, sampai dari para penonton awam sepakbola.

Mereka mengecam keberhasilan timnas Perancis karena gaya bermain yang diperagakan menurut banyak orang membosankan. Hanya bertahan dan menunggu serangan balik atau kesalahan yang dilakukan pemain lawan, itulah gaya bermain yang diperagakan timnas Perancis di piala dunia 2018 kata mereka.

Statistik pertandingan di pertandingan final memang menunjukan Perancis lebih fokus pada pertahanan. Perancis hanya berhasil mendapatkan 35% penguasaan bola sedangkan Kroasia mendapatkan 65%.

Banyak orang sepertinya sudah lupa dengan esensi dari suatu pertandingan atau kompetisi olahraga. Esensi dari suatu pertandingan atau kompetisi olahraga adalah meraih kemenangan dan untuk meraih kemenangan terdapat lebih dari satu strategi yang bisa dipakai.

Namun, sepertinya meraih kemenangan dengan cara bertahan atau bermain aman dinilai oleh banyak orang adalah sesuatu yang negatif. Tidak menghibur, pengkhianatan terhadap sepakbola, pengecut dan kecaman-kecaman lain akan ditujukan kepada tim yang bermain dengan bertahan. 

Padahal, tidak ada salahnya dengan bermain bertahan. Bertahan juga tidaklah sesimpel yang dipikirkan. Karena tim yang bermain dengan strategi bertahan juga harus memikirkan cara untuk mencetak gol.

Kata orang-orang tim yang bermain bertahan adalah tim yang pragmatis. Seakan-akan ada peraturan tertulis yang melarang suatu tim untuk mengusung strategi bertahan dalam sebuah pertandingan atau kompetisi. Pandangan aneh lainnya adalah, tim dengan strategi bertahan seakan-akan inferior dan tim dengan strategi menyerang seakan-akan lebih superior.

Pandangan-pandangan ini bukan hanya beredar di cabang olahraga sepakbola, tapi di cabang olahraga yang lainpun pandangan ini tetap ada. Contohnya di cabang olahraga tinju. Floyd Mayweather dinilai pengecut dan bukan pemberani di atas ring bila dibandingkan dengan Manny Pacquaio. 

Floyd Mayweather yang lebih banyak menang poin, jarang menang K.O, lebih banyak melancarkan pukulan-pukulan counter lebih inferior bila dibandingkan Manny Pacquaio yang banyak menang K.O, yang agresif dengan sering mengejar dan membuat lawannya tersudut. Begitulah pandangan banyak orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline