Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Hidayat

SEBAGAI PENULIS

Menantu Membuat Anakku Berpaling dari Aku

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : Wahyu Hidayat

Anak sulungku yang selama ini menjadi kebanggan tumpuan harapan kini jadi anak durhaka. Wanita yang dinikahinya berubah culas setelah perekonomian mereka mapan . pengorbanan kami memebesarkan. Si sulung hingga menjadi sarjan dan memeperoleh pekerjaan hanya dipandang sebelah mata .untuk menunjukan siapa yang lebih berkuasa, wanita yang tega menghasut anakku agar menjauhi mamanya sendiri.

Mengingat masa lalu suami masih hidup dan anak-anak kecil , aku begitu bahagia. Bagaimana tidak, hidup kami berkecukupan, anak-anakku akur dan menyayangi orang tuannya, terutama Si sulung berwatak pendiem dan penurut. Akan tapi keadaan berubah menjadi 180 derajat setelah anakku menikah dan hidupnya mapan.

Sang istri menghasut agar tidak memepedulikan kelaurgannya lagi, bahkan ia tega menyuruh anakku meninggalkan aku dan adik-adiknya, kini aku hanyalah perempuan tua hidup sendiri dan meratapi nasib.

Sebut saja namaku Janah, tahun ini aku genap 65 tahun, usia yang sudah merangkap senja .suamiku meninggal 10 tahun yang lalu karena serangan jantung, anakku empat sisulung muktar. 40 tahun, telah menikah dan memiliki keluarga sendiri dan sudah mempunyai anak sendiri. dibanding adik-adiknya, Muktar hidupnya paling enak .sejak kecil sampai lulus kuliah dan gelar sarjana dikota solo dan bekerja di instasi pemerintah , papanya masih hidup dan menjadi pejabat , apa yang diinginkan selalu terpenuhi , meskipun ia seperti itu tapi muktar tak pernah macam-macam , gelar sarjannya hanya diselesaikan selama kurang lebih 3,5 tahun dengan indeks prestasi sangat memuaskan , ia tak pernah pacaran . pendek kata . muktar panutan bagi adik-adiknya . setiap gajian , ia memeberikan kepada aku dan adik-adiknya ditlaktir makan-makan diluar , karna royal , gaji sebagai pegawai negeri yang tidak seberapa itu habis dipertengahan bulan , akhirnnya aku memberinnya subsidi . tapi aku tidak keberatan ,karena uangnya toh dipergunakan untuk menyenangkan orang taunnya dan saudara-saudarannya .

Tapi kebahgiaan itu tidak berlangsung lama , lebih kurang enam bulan setelah muktarbekerja , suamiku terkena serangan jantung . meski sudah dilarikan kerumah sakit , tapi nyawannya tak bisa diselamatkan .kami semua terpukul karena kematian yang mendadak itu. Selama ini suamiku tidak pernah mengeluh sakit , meski tubuhnya memang agak gemuk ,satu-satunya penyakit suamiku adalah kolesterol nya tinggi , karena ia pengemar makanan enak mungkin kolesterolnya itu tinggi yang menyebabkan pembulu jantungnya , meski banyak orang yang terkena serangan jantung bisa diselamatkan , namun ternyata allah berkehendak lain suamiku harus pergi selama-lamanya hanya dengan sekali serangan . tak ada yang harus disesali ini sudah kehendak nya , kami hanya bisa berdoa agar jalannya menuju tuhan dilapangkan .

Muktar sangat terpukul karena kepergian papanya , diawal bulan , saat menyerahkan uang gajiannya kepada sang mama . muktar menangis sambil mengatakan , sebagai anak sulung dan laki-laki satu-satunnya , dia akan mengatikan papanya sebagai kepala rumah tangga , tak akan dibiarkannya aku dan adik-adiknya hidup susah , aku menangis saat mendegar janjinya itu , aku bahagia si sulung begitu bertanggung jawab .alhamdulilah , semua anak-anakku diterima diperguruan tinggi negeri, sehingga biaya kuliah mereka tidak terlalu memeberatkanku .apalagi setahun kemuadian , anak keduaku santi berhasil menamatkan kuliahnya , ia juga diterima menjadi pegawai negeri, kini tinggal esty dan ichka , anak ketiga dan keempat yang masih harus kubiayai .

Tekad muktar menjadi tulang punggung keluarga dibuktikannya , meski ia membantu ala kadarnya .maklum , gaji pegawai golongan lll . tapi setidaknya dia sudah menunjukan iktikad baik , muktar pun mulai berani memeprekanlkan teman dekatnya anggun , dari kota jogjakarta . wanita yang sederhana , dari keluarga baik-baik dan yang terpenting, satu suku . dengan latar belakang seperti itu kupikir ia bisa menjadi istri yang terbaik untuk muktar . karenanya aku setuju melamarkan anggun . untuk menyelenggarakan pesta pernikahan muktar dan anggun . aku terpaksa membongkar deposito peninggalan suami. Sebagaian dari uang itu kujadiakn deposito lagi sebagai simpanan , ku pikir tak mengapa , toh hanya tinggal dua anakku yang masih kuliah . apalagi muktar sudah berjanji membantu membiayai mereka bila penghasilan nya cukup.

Setelah menikah muktar dan anggun tinggal bersamaku . karena gajinnya tak seberapa . aku kerap menutupi kebutuhan hidupnnya. Muktar memang royal , tak pandai mengelola keuangan , selalu saja . gaji bukak lubang tutuplubang , bahkan ketika anggun melahirkan , aku yang melunasi biayanya , anak pertama muktar diberi nama hidayat , kebahgiaanpun kian lengkap setelah hadirnya seorang cucu . sejak bayinnya lahir , anggun jarang membantuku , aku maklum , sementara itu karir muktar meleset . setelah mengikuti berbagai macam pelatihan dan pendidikan , ia dipromosikan sebagai kepala seksi di kantornya, gajinnya besar, karena ia juga mendapatkan tunjangan struktural , belum lagi sering mendapatkan honor dari proyek-proyek yang ditanganinya , ia membiayai kuliah adik-adiknya.

Sebenarnya perubahan perilaku anggun sudah terlihat sejak muktar bisa membeli mobil baru yang lebih bagus dari pada mobil peninggalan papanya muktar , anggun juga khursus setir mobil dan sering pergi tanpa mengajak kami, berbelanja dan langsung dibawa kedalam kamar . takut kami tahu .gayannya sih seperti nyonya besar, tapi seperti orang takut kelaparan , demikian anak-anak mengadu padaku . karena menganggapnya anak sendiri, aku pun menasehatinnya , kukatakan , dalam keluarga ini kita harus berbagi dan saling membantu , anggun hanya diam . tapi malam harinya sepulang muktar kerja dari kantor , anggun mengadu . mungkin karena dalam kondisi capek setelah kerja seharian , emosi muktar langsung naik, ia mendatangiku sambil marah-marah , entah apa yang dikatakan anggun sehingga muktar berani membentaku .seumur hidup aku tak pernah diperlakukan seperti itu , bahkan oleh suamiku sendiri. Aku syok , tak kuasa menahan tangis , bahkan nyaris pingsan menahan kesedihan, mendengar keributa itu, anak-anaku lari menghampriku dan memeluk aku dan ikut menangis ,melihat kesedihanku , muktar menyesal , ia langsung minta maaf sambil menangis.

Sementara Anggun tidak terlihat batang hidungnya, ia tak berani keluar dari kamar. Aku tak bisa berhenti menangis hingga pagi. Setiap kali teringat perlakuan muktar ,air mataku langsung mengalir deras .aku tak menyangka muktar tega memeperlakuakn aku seperti itu . aku sangat menyayangi dan memanjakan nya , ternyata demi istri yang baru dikenalnya , dia tega memeperlakukan ku sekasar itu ,setelah kejadian itu situasi di rumahku tak lagi nyaman , hubungan anggun dengan adik-adiknya muktar menjadi dingin . mereka tidak saling lagi menyapa , yang membuatku heran , bukannya merasa bersalah , sikap anggun justru semakin seenaknya , dia tidak mau lagi membantuku , ia hanya mengurus rumah tangganyasendiri , seperti mencuci, menyetlika , dan memasak . saat makan bersama , dia tidak mau menyentuh masakan ku , meski hatiku teriris-iris rasannya , aku berusaha tidak memepdulikan nya , yang penting muktar masih menyayangiku dan memepedulikan adik-adiknya , muktar juga masih makan masakan buatanku , aku bisa lihat binar cemburu dimata anggun tiap kali muktar manja-manja padaku , kuakui muktar memang manja , bahkan bila sedang sakit , orang yang pertama dicarinya adalah aku, tapi ternyata anggun ingin menunjukan padaku siapa orang yang pertama yang lebih berkuasa atas diri muktar , beberapa bulan kemudian , muktar ingin pindah rumah untuk mendekati kantornya , aku sebenarnya kurang setuju , karena aku akan terpisahkan sama cucuku hidayat , tapi aku yakin kepindahan itu karena permintaan istrinya muktar , janji muktar tidak akn membiarkan kami hidup susah , ternyat hanya janji kosong , uang bulanan kini tak lagi kuterima . alasannya , berumah tangga sendiri butuh biaya besar , bahkan meminta bantuan uang , kuliah adik-adiknya saja terus tersindir oleh anggun istri muktar , aku hanya bisa mengelus dada , aku bertanya pada dalam hati , apakah anggun mengira keberhasilan muktar jatuh begitu saja dari langit ,

Sejak kecil hingga menjadi sarjana tak terhitung uang yang telah kami keluarkan untuk muktar, kami memprioritaskan dalam segala hal karena ia anak laki-laki , satu-satunya dan tertua dari keempat adik-adiknya . pekerjaan muktar itu juga lepas dari papanya , bukanya aku haus balas budi , tapi ingin dihargai sepantasnya aja , menantuku seperti kacang lepas dari kulitnya . kekecewaan anak-anakku yang kian menumpuk membuat mereka bersumpah tak mau makan uang kakaknya lagi , muktar yang dulu jadi panutan adik-adiknya , kini diremehkan akibat ulah istrinya , aku berusaha menasehati anak-anakku, tapi nasi sudah menjadi bubur , sakit hati sulit diobati.

Adik-adik muktar memilih putus kuliahnya , kasihan mereka , hingga akhirnnya aku bongkar deposito yang tak seberapa untuk bayar kuliah , sedangkan untuk biaya hidup , kami bergantung pada uang pensiun suamiku, meski beberapa bulan terakhir muktar, tak lagi datang kerumah , aku tetap memantau keadaanya , kudapat informasi dari teman kantornya muktar , kenaikan pangakt muktar terhambat karena suatu kasus, apakah itu peringatan tuhan karena ia telah menyakiti ibunnya , ? aku tak tau , namun sebagai ibu , aku tak pernah berhenti berdoa agar muktar menyadari kesalahanya dan aku mampu mengantarkan esty dan ichka menjadi sarjana , dan bekerja .

Persoalan ibu dapat dilihat dari dua sisi , dari pihak ibu , wajar bila mempunyai harapan-harapan tertentu terhadap anaknnya , sangatlah pantas bila ibu mengharapkan muktar bertanggung jawab terhadap orang tua dan saudara karena ibu sudah mengusahkan yang terbaik bagi muktar hingga berhasil seperti sekarang . sebaliknya muktar mungkin merasa telah menikah dan memiliki keluarga sendiri , sehingga perioritas berubah, sekarang perhatiannya lebih tertuju kepada anak dan keluarganya , apalagi istrinya tidak mau atau menghalangi muktar memenuhi harapan ibu dan adik-adiknya , perbedaan pandangan ini tidak dapat disamakan , tetapi masalahnya dapat dibuat lebih ringan bila masing-masing pihak atau salah satu pihak mengubah cara pandangnya , satu hal yang perlu diingat adalah bahwa ibu tidak dapat mengubah muktar yang sekarang , karena ia merupakan faktor diluar diri ibu. Yang dapat melakukannya hanyalah mengubah cara pandang ibu untuk muktar dan apa yang harus dilakukan muktar untuk ibu dan adik-adiknya . pertama , apa yang telah ibu lakukan untuk muktar hingga dia bisa berhasil. Jangan anggap sebagai pengorbanan, tetapi sebagai kewajiban orang tua untuk anaknya.

Percayalah tuhan maha tahu apa yang telah ibu lakukan untuk muktar dan akan mendapatkan balasannya , kedua , ibu tidak usah mengharapkan muktar bertanggung jawab secara fitnansial terhadap ibu dan adik-adiknya karena sia-sia dan menimbulkan kesdihan . ibu juga tak perlu memikirkan anggun , karena dia tidak akan berubah . bersama anak-anak , cobalah memikirkan untuk melakukan sesuatu yang dapat menghasilkan uang untuk biaya hidup , adik-adik muktar pun terbiasa mandiri , bagus sekali ia sudah bertekad tidak mengharapkan kakaknya , agar tidak kecewa , seharusnya berhenti berharap dari orang tersebut .

Selanjutnya ibu fokus pada kondisi ibu supaya tetap sehat sehingga bisa mengerjakan banyak hal . lakukan apa saja yang baik supaya ibu tidak hanya memikirkan muktar , disamping uang pensiun , ibu dapat melakukan banyak hal sebagai pengisi waktu sekaligus menghasilkan uang , disamping itu apa yang ibu lakukan sudah benar , yaitu mendoakan diri sendiri dan anak-anak agar tetap sehat , sejahtera , dan bahagia . percayalah kalau ibu benar-benar meminta kepada tuhan YMK , suatu saat muktar akan sadar akan kekeliruannya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline