Lihat ke Halaman Asli

Animasi Open Source

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13116836622117272685

Dunia animasi 3D dunia berkembang pesat sejak 1995, ketika film 3D pertama PIXAR (Toy Story) dirilis di Amerika. Walaupun sebelumnya banyak terdapat riset dan film pendek 3D di beberapa negara, namun kepiawaian PIXAR dan kerja kerasnya selama 20 tahun sanggup menjadi inspirator banyak studio animasi di dunia. Hingga saat ini PIXAR masih mendominasi bisnis animasi 3D dunia selain Dreamwork dan studio lainnya. Namun tahukan Anda jika keberhasilan dari studio tersebut tidak terlepas dari riset dan development selama puluhan tahun. Nah, dibalik semuanya itu linux dan open source berperan cukup besar.

Dunia animasi 3D dikejutkan dengan munculnya Open Movie pertama didunia, Elephants Dreams (http://www.elephantsdream.org/, 2005). Film berdurasi pendek ini (durasi) keseluruhannya diproduksi dengan Free Open Source Softare (FOSS), dengan software utamanya Blender (http://blender.org). ED dibuat di Belanda dengan kosep kolaborasi. Pencetusnya (Blender Institute) mengkonsep produsi film ini dengan merekrut Animator pilihan dari berbagai dunia. Mereka berkumpul di Amsterdam selama 1 tahun dan mengerjakan film hingga selesai dengan bantuan komunitas Blender di seluruh dunia melalui blog/website. Produser film sekaligus pencipta software Blender, Ton Rossendaal, adalah ujung tombak dari project Open Movie ini. Berturut-turut setalah ED, Blender Institute menciptakan Open Game (www.yofrankie.org), Big Bugs Bunny (www.bigbuckbunny.org), dan terakhir Durian (www.durian.blender.org). Demikianlah akhirnya genre Animasi Open Source ini dimulai.

[caption id="attachment_125199" align="alignnone" width="640" caption="Film-Film Open SOurce"][/caption]

Seperti halnya PIXAR dimasa awal, Open Movie dikerjakan sebagai puncak dari riset dan teknologi dibaliknya. Maksudnya kenapa tema film Toy Story pada saat itu dipilih? Salah satunya karena PIXAR baru bisa membuat texture plastik dengan renderman (software render) yang dimilikinya. A Bugs Life (1998) merupakan penemuan dari teknologi baru mereka, Monster Inc. (2001) menonjolkan efek Fur (bulu dan rambut), The Incredible (2004) mencoba efek rambut dan animasi manusia, Finding Nemo (2003) Simulasi air, Ratatouille (2007) fokus di makanan, UP (efek Cloud/awan), dan seterusnya. Nah, Open Movie Blender adalah pembuktian dari kehandalan software Blender untuk digunakan secara profesional. Setara dengan industri 3D film pada umumnya. Sedangkan di project Open Games, Blender terbukti mampu membuat game profesional dengan Game Engine yang tertanam didalamnya.

Menarik, Blender begitu mempesona khalayak dunia pada umumnya, dan Artist (animator, pelaku CG) pada khusnya. Kekaguman ini terbayar begitu sempurna dengan integrasi ALL in One dalam satu paket. Maksudnya, Blender tidak saja digunakan untuk membuat animasi, namun bisa didalamnya terdapat game engine, video editor, compositing, internal render, bahkan menulis Script. Ini bonus ++ bagi seorang animator profesional, pelajar/mahasiswa, programmer, video editor, motion graphic designer, dll. Kehadiran setiap rilis barunya seakan mampu menyedot perhatian berjuta penggunanya serentak. Tentu saja karena Blender Free dan Open Source, maka 'kemerdekaan' untuk mengembangkan, memodifikasi, mendistribusikan, menjadi sebuah software (baca: dewa) yang seakan turun dari langit langsung ke hadapan user. Tidak heran jika orang rela menjadi evangelist (utusan) secara sukarela untuk mempromosikannya.

Industri Animasi Masa Depan

Ini adalah prediksi penulis mencermati perkembangan Industri 3D dikorelasikan dengan visi di masa depan. Berangkat dari hobby, profesi, pelaku, akhirnya memimpikan dan berusaha mewujudkannya di Indonesia (www.serulingproject.blogspot.com). Baik, karena industri 3D masih didominasi oleh luar negeri (hollywood), maka alangkah baiknya jika kita mulai belajar dari mereka namun memulai di negara sendiri dengan mengedepankan kekayaan budaya lokal yang sangat kaya.

Linux dan Film

Era informasi terbuka adalah pemicu majunya industri 3D. Jika dulu kita susah untuk mengetahui proses sebuah animasi atau trik spesial efek dalam film, maka hal itu tidak berlaku sekarang. Sejak penemuan Google yang super canggih, kita dimanjakan oleh kemudahan mengakses hal apa saja yang diinginkan. Konsep blogging, citizen jurnalism, komunitas, open source dan linux adalah salah satu 'virus' yang memberangus monopoli bisnis dan industri yang awalnya hanya dimiliki oleh kaum berdasi. Sebagai contoh, dominasi bisnis milik Gates (Microsoft), kini mulai samar tergantikan Linux dan OS sebangsanya.

Tetapi ternyata jauh sebelum itu Hollywood sudah mengakali biaya produksi film dengan memasukkan Linux dan mengembangkan berbagi teknologi dibalik film-film besar. Sebut saja Titanic, Shrek, Final Fantasy, LOTR, dll. Studio yang mengaplikasinya sebagai contoh adalah: Digital Domain, PIXAR, Disney, Weta Digital, Sony Pictures, dan masih banyak lagi (http://icewalkerz.blogspot.com/2008/10/linux-on-hollywood-hollywood-movies.html).

Namun jangn salah anggapan bahwa Free disini adalah Gratis! Free bicara lebih kepada Freedom atau kemerdekaan. Sebagai perbandingan selain FOSS banyak juga software komersil yang basicnya dari Linux (http://www.yolinux.com/TUTORIALS/LinuxCommercialApplications.html). Salah satu alasan utama mereka tentunya adalah biaya. Wow, saya bisa jamin banyak orang kita belum tahu informasi ini apalagi mengaplikasikannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline