sumber gbr: http://pendek.in/026wd Sebuah kebiasaan "mencandu" kopi adalah sebuah kebahagiaan tersendiri bagiku. Bagaimana tidak, mulai dari kecil hingga sekarang aromanya selalu saja membuat kangen dan bisa merangsang energi untuk mencari ide. Padahal tanpanya pun tetap bisa melahirkan ide tersebut. Hanya saja kurang rasanya kalau tidak NYRUPUT (jawa) segelas sehari saja. Secara umum cara penyajian kopi adalah memakai gelas keramik atau memakai gelas khusus kopi. Biasanya disajikan dengan sedikit makanan kecil disampingnya. Roti, biskuit, kerupuk hingga sebatang rorkok (tapi tidak buat yg satu ini). Umumnya juga kopi diseduh dengan air yang mendidih dan diminum saat kopi itu panas. Hmmm...nikmat rasanya. Aromanya bisa membangunkan hasrat bagi sebagian orang. Tapi bagiku cerita tentang kopi sama menariknya dengan kehidupan itu sendiri.BAgiku pula kehidupan serasa kopi, ada manis, pahit, kotor, wangi, hitam, legit, panas, dan candu. Ya...kehidupan manusia memang nggak luput dari hal diatas. Adakalanya jg berpengaruh sangat tinggi terhadap mental dan perilaku manusia itu sendiri.Intinya kehidupan itu RUMIT dan tidak sepele. Tidak bisa dianggap remeh dan dipandang sebelah mata. Hidup harus dengan sukacita dan energi yang positif. MEnyingkirkan aroma2 yang busuk, memutihkan yang hitam (kadang), mencari hal wangi, legit, membersihkan sisa kotornya, dan mengikat hal yang manis dalam sejarah. Walaupun itu semua tidak mudah, namun begitulah sekiranya manusia sebagaimana mustinya. Karena akal, pikiran dan budi pekerti yang dimiliki. wow....bukan hal yang enteng. KOPIKU kuseduh dalam cangkir teh. hmm....apa maknanya ? apa tidak ada tempat lain yang bisa digunakan ? atau aku hanya "MALAS" mencuci gelasnya ? Bisa jadi !. Ketika kopi kuseduh didalam sebuah cangkir teh. Itulah keadaan dimana aku salah menempatkan sesuatu. Salah membagi ruang yang pas dalam sebuah perjalanan hidup. Mestinya kalau segala sesuatunya bisa menempati ruang2 yang pas dan cukup, indah rasanya. Apalagi kalau sudah saatnya. Nambah bingung juga...padahal gelasnya masih loh. dasar pemalas, maunya enak saja. Memakai gelas untuk kepentingan yg bukan pada tempatnya. ah...siapa peduli. toh itu hanya masalah tempat saja. Yang penting kan isinya sama saja, apalagi rasanya...TETAP KOPI. Mungkin aku tidak cukup rajin saja mencari gelas kopi yang kumaksud. Hanya asal memegang dan mengambilnya di RAK makan. RAJIN juga susah. Apalagi keteraturan bisa jadi malah membuatku nyaman dan terlena sehingga TIDAK MAJU. Bingung lagi...terpaksa deh, kopinya dingin kuminum karena menunggu BINGUNG selanjutnya. Kopi dingin=RACUN. WOW...lebih bingung lagi..... Saat ini setidaknya aku berharap jika nanti KOPIKU sudah ada tempatnya yang pas dan layak, maka akan ku seduh dengan takaran yang pas, kuhirup aroma nikmatnya, kuaduk pelan hingga terasa bawahnya, dan kujadikan temanku BERKARYA. SEMOGA tidak Bingung $%#^&@*_!*&& ~ditulis ulang dr perenungan beberapa tahun lalu Hiza
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H