Lihat ke Halaman Asli

Hisyam Suratin

but first, coffee.

Pilkada: Ada Seni Perang Sun Tzu di Sana

Diperbarui: 15 Februari 2017   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: jumpingland.com.mx

Hari ini pemilihan pimpinan daerah berlangsung serentak. Katanya ini pesta demokrasi, tapi kita semua tahu, di pusat negara, pesta ini ricuh sebelum berlangsung. Pesta kekuatan sih, sepertinya.

Namun, begini, ijinkan saya ikut berkomentar sebagai pribadi. Setelah sebelumnya turut berpartisipasi dalam kontestasi dukung-serang-bela pada panggung media sosial. Tentu dengan akun ribuan followers yang tidak pernah saya monetasi sejak pertama dibangun pada akhir 2012.

Sejauh satu bulan terakhir saya berpartisipasi dalam panggung topeng itu, banyak terkuak jika kegaduhan ini memang aktualisasi kekuatan kuasa personal dan kelompok politik (politik dalam substansi dasar). Lalu, politik praktis yang kini menjadi alat itu sebagai peran praktis menutup wajah aslinya.

Dalam kosmologi jawa kita memahami bahwa beberapa tokoh dengan pemikiran dalam, seperti Jayabaya dan Raden Ngabehi Rangga Warsito (kita kenal sebagai Ronggowarsito) telah jauh memberi analisanya. Ini bukan soal nubuat atau hasil olah spiritual yang merujuk pada tindakan "mendahului Tuhan". Melainkan lebih jauh pada kemampuan olah pikir dalam membuat "risk management" pada sebuah proposal strategi mempertahankan bangsa. Tapi, kita tidak perlu melihat dari sudut pandang pribadi bangsa ini. Mari kita lihat dari sudut pandang lain.

Ada 36 strategi dalam kumpulan seni perang Sun Tzu, namun bagi saya ini adalah taktik, karena terlalu spesifik untuk dikatakan strategi. Dan kita tidak akan berbicara seluruhnya, cukup 3 saja. Ya, 3 taktik saja sudah membuat bulu roma kita bergidik. Siapkan diri anda.

SATU. Perdaya Langit Untuk Melewati Samudra.

Cukup jelas bukan? Sangat sederhana. Ya, memang hanya diperlukan satu konsep sederhana, tapi perlu pemikiran komprehensif untuk melihat kesederhanaan itu.

Saat anda sering mendengar "omah ngarepe biasa, tapi njerone apik tenan", bersyukurlah, anda berhasil melihat kesederhanaan itu. Lalu apa masalahnya? Ya, saat anda akhirnya harus masuk dalam dunia industri, saya yakin anda akan memahami itu. Sedikit mendengar "ya, biar kita tidak perlu membayar upeti yang gede, memperbesar production cost itu". Tentu dengan dialeg yang tidak dapat saya gambarkan dalam tulisan.

DUA. Kepung Wei Untuk Menyelamatkan Zhao.

Dengan sederhana, ini dijelaskan sebagai taktik menyerang hal berharga musuh untuk menjatuhkan psikologinya.

Apa yang paling berharga bagi bangsa yang berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila pertama ideologinya? Tentu, keyakinan itu sendiri. Ya, memang sebagian orang menyebut blunder, tapi percayalah, mereka cukup lihai memanfaatkan situasi. Dalam kondisi apapun bisa merubahnya menjadi hal menguntungkan. Lalu apa untungnya? Ya, ada beberapa pengamat yang menyebutkan ini menjadi ajang show off kekuatan. Bukankah itu terlalu riskan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline