Lihat ke Halaman Asli

Hisyam Fuady

Santri HahaHihi

Elitisme

Diperbarui: 24 September 2021   00:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Terasa seperti digenggam.
Terbuai sehanyut tenggelam.

Menanam dan mencari.
Menari dan melambai.
Menua dan menuai.

Semua digelapkan cahaya,
darinya cerita sandiwara.

Ketergantungan terhadap indra,
indranya yang suara,
indranya yang cecap,
indranya yang cakap,
indranya yang telah gelap,
gelapnya yang tak buta.

Namun setia permainkan kita,
juga kita yang korbankan dunia.

Demi dirinya.
Demi hidupnya.

Semua kelangsungan akan halangan,
kita yang mencegah rintangan.

Semua itu tanpa balas,
semua itu tanpa iba,
semua itu tanpa wisuda belas kasih.

Setelah sekian rusaknya kami sebagai wayang.
Sesudah kami membuatnya senang dengan uang.

Kami menyebutnya dalang.
Lakon kami juga lakon dalang,
kami dalang yang dilakonkan.

Namun kami kalah atas prinsip:
"Merendah tuk menjilat", juga;
"Di bawah pun terangkat", Sama pun;
"Di luar tak terikat".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline