Lihat ke Halaman Asli

Hisyam Azmi

Mahasiswa

Liberalisme beserta Studi Kasus

Diperbarui: 14 Maret 2024   11:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

- Ideologi liberal berasal dari konsep kerja dan pertukaran dan penggunaan lahan, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan barang tahan lama.

Ekonom liberal percaya bahwa ekonomi dapat menguntungkan semua orang dan masyarakat dapat berkembang dengan peningkatan standar hidup.

- Mereka berpikir bahwa keinginan komunitas daripada individu paling penting untuk pengambilan keputusan. Mereka juga percaya pada kesetaraan kesempatan bagi semua orang dan berfokus pada struktur masyarakat sipil.

- Fokus: individu, rumah tangga, perusahaan

Sifat hubungan ekonomi: harmonis; kepentingan perdamaian 

Hubungan antara ekonomi dan ekonomi politik: ekonomi penggerak politik

Studi kasus (burma)

Sebelum kedatangan koloni Inggris di Burma, rahib dan ketua-ketua adat mempunyai kekuasaan di desa. Sifat kekuasaan sangat konkrit dan personal. Setelah menganeksasi daerah-daerah penting seperti Arakan, Tenasserim dan Pegu, Inggris bersiap untuk mengimplementasikan sistem dagang bebas antara sekitar tahun 1826-1852. Hal pertama yang dilakukannya ialah memperkenalkan sistem hukum sebagai kode untuk orang Burma, baik itu dibidang kriminalitas, pernikahan maupun aturan pendapatan. Inggris mulai menerapkan metode fiskal dengan cara menarik pajak tanah dan tanaman. Tiap orang mendapatkan pajak 10% dari produk tanaman komersial. Orang Burma ikut melakukan kerja tanam paksa. Inggris sadar mereka kekurangan tenaga kerja di Burma, bukan hanya karena jumlah penduduk yang sedikit, namun banyak penduduk yang lari menghindari kolonisasi dan perbudakan ketika Inggris masuk ke kawasan Burma. Langkah yang dilakukan Inggris adalah mengimpor kuli dari India. Pemerintah India mempunyai pengalaman dalam mengkoloni India sebelumnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline