Jangan menduga saya kenal beliau, sangat jauhlah itu. Tapi wajah pak Dahlan Iskan cukup familiar bagi orang Indonesia, khususnya ketika menjabat sebagai Direktur Utama PLN, perusahaan listrik negara yang menguasai penyediaaan dan penyaluran energi listrik se antero nusantara ini.
Pagi itu, 5 Oktober saya bergegas menuju bandara Soetta 2F untuk mengejar penerbangan awal GA170 ke Pekanbaru, hal rutin yang saya lakukan saban bulan. Selalu saya pilih tempat duduk di gang, untuk memudahkan pabila ingin ke toilet sehingga tidak mengganggu orang lain.
Saya masuk ke pesawat agak ketinggalan, berhubung terjadi insiden salah ambil koper. Seseorang tanpa sengaja mengambil koper yang saya tinggal di tempat duduk ketika pergi merokok diruang khusus pada sebuah lounge di terminal itu. Untungnya sekitar 5 menit kemudian, yang bersangkutan kembali sambil menenteng koper saya sembari menunjukan ekspresi muka rasa bersalah, baiklah saya maafken sampeyan mas..... :)
Terlihat pak Dahlan Iskan duduk di barisan belakang di kelas bisnis, saya tersenyum dan beliau membalas sembari terus berjalan ke tempat duduk. Ingatan saya kembali kepada sosok seorang Dahlan Iskan. Beliau tidak saja seorang enterprenuer sukses dengan kerajaan media-nya tetapi juga dikenal sebagai sosok sederhana baik dalam penampilan maupun sikap, tetapi tetap menunjukan "kelas"-nya sebagai orang berilmu tinggi dan berpengetahuan luas. Begitulah kesan saya dan saya ingin membuktikan langsung sosok ini yang secara fisik sedang duduk hanya beberapa meter didepan saya.
Pesawat landing agak keras di Pekanbaru, para penumpang segera berdiri menjangkau bagasi masing-masing ketika pesawat telah ada diposisi final parking-nya. Saya mendekat kearah tempat duduk pak Dahlan Iskan berhubung bagasi saya ada persis diatas beliau. Terdengar beliau berbicara dengan seorang pramugari senior Garuda yang nampaknya juga familiar dengan wajah pak Dahlan.
Nada suaranya sangat bersahaja, tidak ada kesan dibuat-buat demi sebuah wibawa. Saya berusaha mencari penampakan fisik yang mencerminkan kelas dan status sosial beliau sebagai Dirut PLN, tak ada..! Pak Dahlan bahkan terlihat hanya menenteng sebuah tas kain belanjaan seperti yang biasa digunakan kaum ibu-ibu ke pasar ditangan kanan, dan sebuah traveling bag kecil di tangan kiri.
Saya tersenyum sembari menjulurkan tangan, "Apa kabar pak?" kata saya, "baik" balas beliau seraya menyambut uluran tangan saya dengan hangat tanpa terlihat raut wajah heran sedikitpun terhadap orang yang tak dikenalnya. "Mudah-mudahan listrik di Pekanbaru gak byar-pet lagi setelah bapak datang ya" celetuk saya iseng. "Oh ya insya Allah, akhir november ini akan lebih baik" balas pak Dahlan. Uuupps....rupanya beliau menanggapi serius celetukan saya hehe...luar biasa, ditengah kondisi jalan ke terminal sambil nenteng traveling bag beliau masih mau menjawab serius pernyataan maupun pertanyaan seputar tanggung jawabnya, bahkan walau itu sekedar celetukan dari seseorang yang tak dikenalnya secara pribadi.
"Ini saya mau jalan darat ke Jambi" ujar beliau lagi, "tapi saya akan ke Siak dulu". Kami terus saja mengobrol bagai dua sahabat menuju arah terminal. Saya berusaha mencari protokol yang mungkin sudah stand by menunggu kedatangan beliau, tak tampak...!
Saya menuju toilet, rupanya beliau pun menuju toilet. Saya sempat berujar sebelum keluar, "Semoga sukses pak..!" "Ya terima kasih..!" balasnya.
Protokol saya sudah menuggu diluar terminal, dengan takzim dan cekatan dia segera meraih traveling bag dari tangan saya. Dia menelpon supir untuk segera merapat, membuka pintu, menaikkan tas saya. Saya masuk mobil dan termenung, ada rasa malu dengan pak Dahlan Iskan.....Saya kagum dengan anda pak Dahlan Iskan...!
Duri, 6 Oktober 2011.