Lihat ke Halaman Asli

Kisah Tentang Pemuda

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jika kau mau tau

Maka aku ingin sedikit bercerita

Tentang sebuah kisah bernama pemuda

Dahulu, ruas-ruas jalanan mungkin sesak dengan aksi demonstrasi

Atau mungkin gedung-gedung pemimpin kita hampir roboh karena aksi anarki

Sejarah pun pernah merekam sebuah memori

tentang peristiwa adu nyawa yang berakhir tragis

Fenomena aksi yang menyebabkan ratusan jiwa tak bersalah mati bergidik tak sadarkan diri

Kisah di tahun 1998 yang bernama tragedi semanggi

Belum berhenti sampai disini

Namun, mari kuajak kau menyusuri sejarah di tahun 1928

Tentang kisah para pemuda yang mengucapkan sumpah kepada bangsa

Pengejawantahan hakikat berbangsa, berbahasa, dan bertanah air satu di bumi pertiwi

Dan masih di saat yang sama dan di bumi yang sama

Para pemuda kian sibuk mempersiapkan diri

Untuk belajar mengangkat senjata dan menyerang musuh

Berperang melawan para penjajah bangsa yang tak pantas untuk dihormati

Kisah tentang jutaan jiwa yang berkorban darah dan nyawa untuk syahid bersama negeri

Lalu, sejenak ku tengok mereka di zamanku

Sebuah pertanyaan hadir di lorong-lorong otakku

Masih adakah mereka hari ini ?

Jika kulihat di luar sana, banyak pemuda yang masih belum sadarkan diri

Hatinya membatu tak peduli lagi bangsa ini

Matanya seakan buta dari menyaksikan tubuh-tubuh rakyat yang menderita

Telinganya seakan tuli dari mendengar rintihan jiwa rakyat yang menangis

Kakinya seakan lumpuh dari gerak dan langkah tuk membela negeri merah putih

Mulutnya seakan bisu dari teriakan janji-janji kejayaan demi negeri ini

Namun, aku tak pesimis diri

Karena ternyata,

masih ada segelintir pemuda yang bersemangat di zamanku ini, kawan...

Mereka kini sedang menuntut ilmu bukan senjata

Mereka kini sedang berlatih memimpin dari sekedar menjadi pasukan

Mereka kini sedang belajar mendewasakan diri untuk siap menghadapi musuh bernama kebodohan

Jika dahulu, ruas jalanan sesak karena demonstrasi

Kini pemuda beraksi dengan kreasi dan prestasi

Jika dahulu gedung-gedung pemerintahan hampir roboh karena anarki

Kini pemuda aksi dengan keintelektualan diri

Bukan lagi saatnya dengan kekerasan

Bukan lagi saatnya kita darah-darahan

Tapi kinilah saatnya kita buktikan pada pemimpin kita disana

Bahwa pemuda adalah generasi penerus mereka

Yang memang pantas,

untuk membawa perubahan bagi bangsa dan tanah air ini

Indonesia, tunggulah kami !!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline