Lihat ke Halaman Asli

Paradoks Negeriku

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Indonesia

Negeri yang katanya kaya raya

Benarkah ?

Indonesia

Negeri yang katanya zamrud di khatulistiwa

Benarkah ?

Tanya itu mungkin sering muncul

di benak manusia yang tak berdarah merah putih

Namun, tidak denganku

Karena aku, mengenal negeriku



Tak bohong jika negeriku, kaya alamnya,

dari Pulau We hingga Pulau Rote, dari sabang hingga Marauke

Tak bohong pula, ketika ku bilang negeri ku kaya akan budaya,

dari serambi mekah hingga pulau hitam, dari Aceh hingga Papua



Aku, lahir di tanah para pejuang

Dalam darahku, mengalir darah bangsa yang terjajah selama ratusan bahkan ribuan tahun

Hingga perpisahan menjadi bukti perjuangan tanpa pamrih

Perpisahan yang sungguh membawa negeri ke alam surga

Perpisahan dengan mereka yang tak sudi bagi bangsa untuk berlutut di hadapannya

Perpisahan yang indah, Merdeka…



Namun…

sejenak, ku tertunduk dan menangis

Melihat saudaraku banyak yang juga menangis

Aku tersadar…

Ternyata bangsaku, masih terjajah

Terjajah oleh kebodohan, kemiskinan dan kesengsaraan



Mungkin dahulu, Soekarno-Hatta menjadi bukti bakti

Tak hanya itu, darah pahlawan pun kian banjir di seluruh penjuru negeri

Siapa yang tak kenal

Bung Tomo, Jenderal Sudirman, Diponegoro, Imam Bonjol, bahkan Walisongo…

Bukan bohong, jika mereka sanggup berkorban sampai mati



Jika dahulu, penjajah bermain dengan senjata

Maka kini, penjajah bermain dengan ilmu dan harta

Jika dahulu, pejuang maju menyongsong bambu runcing sebagai senjata

Maka kini, ilmu dan hartalah yang berbicara dan bertahta

Tapi, apakah negeriku sekarang sudah punya itu semua ?



Indonesia…

Paradoks nyata tentang kisah sebuah negeri kaya namun sengsara

Pemimpinnya kini tak lagi peduli rakyatnya

Bahkan harta dunia sanggup tuk membeli kehormatan bangsa

Dunia pun tau, jika negeriku banyak penjahat yang berkuasa



Sungguh, aku malu pada Tuhan

Karena bangsa ini telah bobrok akhlak dan moral

Bahkan jauh dari nilai yang tertancap kuat sebagai panji dan identitas bangsa

Yang kata mereka, negeri ini negeri umat Muhammad, utusan Tuhan penutup akhir zaman



Aku ingin tertawa, tapi tak bisa tertawa

Aku ingin menangis, tapi air mataku tertahan

Aku ingin marah, tapi ku tak sanggup keluarkan

Karena jujur, aku masih cinta dengan negeriku..

Walau ia penuh ketidaksempurnaan, bahkan jauh dari kesempurnaan…

Tapi aku yakin, Tuhan masih sayang dengan negeriku

Karena negeriku masih punya segolongan manusia yang menyeru kebaikan

Walau sulit, tapi janji Tuhan kian dekat…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline