Layla & Majnun adalah kisah cinta dari negeri Timur yang cukup masyhur. Sebuah kisah tentang cinta sejati yang menjelma menjadi kekuatan yang tak ada habisnya. Majnun ini memiliki nama asli Qais bin Mulawwah, dalam bahasa arab Majnun artinya gila, Qais disebut Majnun karena ia begitu tergila-gila pada kekasihnya Layla. Qais atau yang disapa dengan Majnun ini sangat mencintai kekasihnya yaitu Layla. Meski kisah cinta keduanya terhalang oleh restu orang tua, ia menolak untuk menyerah. Saking cinta hingga si Qais ini saat berjalan pun ia menjadi tak tentu arah dan ia selalu mendendangkan lagu-lagu dan syair-syair cintanya hingga menittikkan air mata kesedihannya. Orang -orang yang berpapasan dengannya meneriakkannya namanya, si Majnun ( si orang gila). satu demi satu , sahabat dan keluarga meninggalkannya. Dalam Riwayat disebutkan, Majnun bernama asli Qais dikenal begitu pintar, tampan, dan terpandang disukunya, sedangkan Layla bernama asli Ibnu Aamir yang begitu cantik berasal dari suku sebelah. Dalam kisahnya karena dalam lingkup satu sekolah yang sama, ketika Qais pertama kali melihat Layla yang cantik dan rupawan, seketika Qais jatuh cinta. kata anak sekarang "cinta pada pandangan pertama."
Seketika Qais kehilangan kesadaran kerena tumbuh benih-benih cinta yang tak disangka. Begitu pun Layla ketika pertama kali melihat wajah Qais ia langsung terpikat. Dua orang anak muda itu sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama, kedua sedang "mabuk cinta." Kemudian pada waktu yang tidak begitu lama, banyak orang-orang yang mulai menyebarkan kisah kedua anak muda yang saling cinta ini, dan cerita-cerita tersebut sampai pada ayahnya Layla. Ayah Layla merasa hal tersebut merupakan pencemaran nama baik sukunya. Kemudian agar omongan-omongan tentang anaknya tidak terus tersebar maka ayah Layla pun melarang Layla untuk bersekolah kembali. Itulah awal perpisahan keduanya dan menjadi awal kegilaan Qais hingga lama kelamaan ia disebut dengan Majnun ( si orang gila).
Diceritakan pada satu ketika saat seekor anjing milik Layla sedang berjalan kemudia melewati tepat di depan Qais, Qais pun mengikuti anjing tersebut hingga pada tengah perjalanan anjing tersebut lewat tepat pada sekelompok orang yang sedang shalat berjamaah lalu tak sadar karena terlalu terfokus dan tertuju pada anjingnya Layla maka Qais pun berjalan tepat di depan orang yang shalat itu. Dan ketika sehabis shalat maka orang-orang tersebut segera bertanya pada Qais "wahai Majnun (orang gila) kenapa kau berjalan didepan kami yang sedang shalat?" , "apakah kamu tidak melihat kami?" Lalu Qais pun berkata " Maaf aku tadi tidak melihat kalian karena mata dan pikiranku hanya tertuju pada anjing peliharaan Layla". orang-orang tersebut pun berkata "Dasar gila". kemudian Qais lanjut berkata "Aku saja yang berjalan mengikuti anjingnya Layla aku bisa fokus dan tidak melihat sekelilingku, lantas kenapa kalian yang mengaku cinta pada Allah kalian bisa tidak fokus ketika sedang berhadapan dengannya." Mendengar jawaban dari Qais, orang-orang tersebut pun tidak bisa berkata-kata lagi.
Kemudian ada satu hari dimana pada saat Qais sedang berjalan menuju kampungnya Layla, ketika ia berjalan dan berjalan dan pada tengah perjalanan di atas sebuah bukit yang mana dari bukit itu bisa langsung terlihat kampungnya Layla. Di bukit itu pun ada seekor anjing yang sedang duduk menghadap ke arahnya kampung Layla. Kemudian melihat hal tersebut Qais pun langsung memberikan semua bekal makanannya kepada anjing itu, pakaian yang ia bawa pun ia pakaikan ke anjing itu, hingga ada sekelompok orang yang lewat kemudia mereka bertanya pada Qais, "Wahai Majnun kamu ini kami lihat-lihat makin hari makin tambah gila, kenapa kamu memberikan makananmu dan pakaianmu kepada anjing itu" kemudian apa jawabannya Qais, Qais menjawab "saya memuliakan anjing ini karena mata anjing ini pernah memandang kampungnya kekasih saya, Layla". Kemudian diriwayatkan pada satu hari ketika Qais berjalan tepat disamping rumah Layla, karena saking rindunya pada Layla, Qais pun mencium tembok rumah Layla. Qais berkata "sesungguhnya saya mencium tembok rumah Layla bukan karena keindahan tembok ini tapi karena kerinduan saya pada seseorang yang tinggal di dalam rumah ini." Masya'Allah sungguh indah dan tulus cintanya Qais pada Layla
Dari kisah ini kita belajar, kalau kepada manusia saja bisa secinta itu apalagi kepada Allah SWT, harusnya kita bisa lebih amat sangat mencintai Allah dibanding dengan cinta kita pada makhluknya. Karena cinta adalah segala-galanya, Imam syafi'i pernah berkata "seseorang kalau sudah cinta pada sesuatu maka matanya akan buta, semua yang ia pandang tentang hal tersebut adalah keindahan, walaupun menurut orang lain buruk, tetap menurutnya hal yang ia cinta adalah yang paling indah."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H