Lihat ke Halaman Asli

OM Hiro_19

Mahasiswa Jurusan Bahasa dan sastra Indonesia. Universitas NUSA CENDANA

"Di Bawah Payung Masa Lalu"

Diperbarui: 31 Januari 2021   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa yang dirindukan dari sesuatu tentang hujan, Rindu,
Rindu itu abstrak.
aroma hujan yang sejuk sekali ketika dia sudah basahi apa yang ada dibumi.

Suasananya bahkan beda
Kita akan melihat dua hal yang kontras, Yaitu ada daun yang jatuh tergeletak di saat yang sama ada pucuk yang sedang menyapa.


Dan jika tidak sengaja kamu kehujanan itu doa dari seseorang yang terkabulkan.
Karena ia sedang merubah diri menjadi hujan agar dapat menyetuh dirimu sebabasnya.


Walau begitu basahlah secukupnya.  Bila terlalu lama kau akan sakit.
Demikianpun rindu.  Jika tidak dibalas dia akan membuatmu gila dan bahkan membuatmu terpuruk.  

Hujan itu datang seakan seberkas rindu yang akan megatakan  betapa hati  menunggu dan kisah yang tak pernah ada habisnya.

Dia memelukku lalu menangis. Dalam pelukanku ia berkata aku benci hujan.  Hujan menyeretku ke masa lalu.  Kubiarkan dia menangis. 

Sesaat setelah ia tersenggal, ku raih kedua pipinya.  Ku tatap matanya dalam2 dan aku bilang.
*Jangan melihat hujan dari air yag jatuh sia-sia,  tapi kepada apa yang akan tumbuh*.

 Ciptakan hujan sendiri.  Bukan soal palsu atau asli.  Lebih kepada bagamana kenangan itu kembali di sentuh.

#Y.A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline