Suatu sistem pendidikan tidak lahir dan sempurna begitu saja. Namun, lahirnya suatu sistem pendidikan harus melewati tahapan yang lama dan tidak mudah. Pada awalnya, banyak yang harus dikorbankan demi mencapai suatu sistem yang padu dan tertata hingga saat ini dipakai dan berjalan di negara Indonesia. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari sudut pandang pendidikan yang ditempuh oleh rakyatnya. Dan menunjukkan bagaimana sejarah pendidikan di masa lampau dapat melahirkan cendekiawan yang menggagas dasar kebangsaan dan nasionalisme Indonesia. Begitulah yang terdapat dalam pidato Ki Hajar Dewantara dalam penganugerahan Honoris Causa di Universitas Gadjah Mada tahun 1956.
Menurut Ki Hajar Dewantara, beliau menjelaskan bahwa terdapat unsur-unsur penting dalam pembentukan suatu sistem pendidikan nasional, di antaranya adalah sifat, isi, bentuk, dan irama. Unsur-unsur tersebut erat kaitannya dengan akulturasi budaya Barat pada saat sebelum merdeka dijadikan acuan sebagai pendidikan yang diterapkan di Indonesia. Adapun semboyan yang mengandung filsafat dalam soal akulturasi yang telah dimasukan dalam rangkain asas-asas, yaitu “Asas Tri-con” yang mengajarkan, di dalam pertukaran kebudayaan dengan dunia luar harus terdapat kontinuitas dengan alam kebudayaannya sendiri, kemudian konvergensi dengan kebudayaan-kebudayaan lain yang ada.
Pendidikan menurut pidato yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara, adalah tempat persemayaman benih-benih kehidupan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan. Beliau berharap bahwa kebudayaan yang telah didapatkan bisa tumbuh mengakar hingga masa yang akan datang. Namun, kenyataannya pendidikan di Indonesia masih terbelenggu dengan pendidikan dan pengajaran secara barat. Menurutnya, penguasa Belanda di Indonesia sebenarnya sama sekali tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan. Mereka semata-mata mementingkan pengajaran, yang intelektualitas serta materialistis, karena pendidikan di situ semata-mata berupa pendidikan intelek. Meski demikian, pendidikan dan pengajaran secara Barat tidak boleh mutlak kita anggap jelek. Banyak ilmu pengetahuan yang harus kita kejar, sekalipun dengan melalui sekolah-sekolah Barat. Namun tidak menerapkan secara persis sama dengan barat. Kita juga harus membuat pendidikan yang memiliki ciri khas bangsa.
Zaman semakin lama semakin berkembang yang tentunya segala hal yang ada di kehidupan juga turut berkembang. Dalam dunia pendidikan, Ki Hajar Dewantara memberikan nasehat bahwa kita harus mendidik anak-anak kita sesuai dengan tuntutan zaman. Maka dari itu, dengan mengikuti perkembangan zaman, sering terjadi pergantian kurikulum di Indonesia. Pergantian ini merupakan salah satu realisasi dari nasehat oleh beliau. Namun demikian, walaupun teknologi yang diakses semakin canggih, kita tidak boleh meninggalkan budaya dan adat istiadat yang sudah ada sejak dahulu kala. Hal ini dimaksudkan agar kita tidak kehilangan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H