Lihat ke Halaman Asli

Secercah Harapan dalam Kartini

Diperbarui: 4 April 2023   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kartini adalah nama yang sering dikaitkan dengan emansipasi wanita. Beliau yang kerap dipanggil R.A. Kartini adalah putri dari Bupati Jepara, R.M. Adipati Ario Sosroningrat dan Ibunya yang bernama Ngasirah. Beliau lahir di Jepara, pada tanggal 21 April 1879. Sejak dini Kartini sudah diajari dengan pendidikan Barat. Karena kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro meramalkan tentang apa yang diperlukan di masa yang akan datang. Supaya anak-anaknya mendapatkan pelajaran Barat.

Majunya keluarga Kartini sudah tak dapat diragukan lagi, baik dalam bidang pendidikan maupun politik. Sebagai contohnya adalah Paman Kartini, Pangeran Ario Hadiningrat. Beliau adalah seorang yang berpendidikan. Beliau yang pernah menjabat sebagai Bupati Demak sangat pandai dalam menguraikan pikiran dan pendapatnya. Begitu juga Ibu Kartini yang bekerja sebagai seorang guru agama di sekolah yang terdapat di Telukawur, Jepara.

Selain keluarga Kartini yang terkenal akan kemajuannya, keluarga Kartini juga terkenal akan sopan santunnya. Seperti yang biasa dilakukan Kartini misalnya, pada orang yang lebih tua selalu hormat dan santun. Semua anggota keluarga Kartini menggunakan Bahasa Jawa Halus atau yang biasa kita kenal dengan "Basa Krama". Tidak saja mengenai hal berbahasa dan penghormatan, bahkan dalam hal berjalan, seorang gadis bangsawan seperti Kartini harus berjalan dengan pelan-pelan dan anggun.

Hadirnya Kartini di dalam kehidupan keluarga bangsawan menuntut Kartini agar selalu menuruti adat istiadat. Ketika Kartini berumur 12 tahun, beliau dipaksa untuk melakukan tradisi "dipingit". Tradisi ini merupakan tradisi Jawa yang dilakukan sebelum menikah. Umur Kartini yang masih belia itu sangat jelas menolak tradisi itu. Menurut beliau, tradisi itu sangatlah mengekang keinginan beliau. Kartini yang masih ingin bersekolah dan bermain layaknya seorang anak pada umumnya justru dihalang oleh tradisi itu.

Sahabat-sahabat Kartini dari Belanda turut berusaha agar Kartini tidak mengikuti tradisi tersebut. Namun, orang tua Kartini tetap memegang teguh adat memingit. Meskipun dalam hal-hal lain sudah maju, tetapi tetap saja keluarga Kartini memegang teguh adat tersebut yang menurut Kartini sangat tidak adil bagi kaum wanita. Empat tahun berlangsung Kartini tidak diperbolehkan keluar-keluar. Kartini pernah mencurahkan pikirannya, betapa tersiksanya beliau dikurung di dalam rumahnya sendiri kepada kawannya Nona Zeehandelaar. 

"Engkau bertanya, apakah asal mulanya aku terkurung dalam empat tembok tebal. Sangkamu tentu aku tinggal di dalam terungku atau serupa itu. Bukan Stella, penjaraku rumah besar, berhalaman yang luas sekelilingnya, tetapi sekitar halaman itu ada tembok tinggi. Tembok inilah yang menjadi penjara Kami. Bagaimana juga luasnya rumah dan pekarangan kami itu, bila senantiasa harus tinggal disana, sesak juga rasanya. 

Teringat aku, betapa aku, oleh karena putus asa dan sedih hati yang tiada terhingga, lalu mengempaskan badanku berulang-ulang kepada pintu yang senantiasa tertutup itu, dan kepada dinding batu bengis itu. Arah kemana juga aku pergi, setiap kali putus juga jalanku oleh tembok batu atau pintu terkunci". Dalam rintihan Kartini selalu ada perjuangan dalam meraih kebebasan. Pada tahun 1895, Kartini diperbolehkan keluar, namun nyatanya itu hanya sementara saja. Dan akhirnya Kartini benar-benar diperbolehkan keluar pada tahun 1898. Namun celakanya, dengan keluarnya Kartini ke dunia luar, justru membuat Kartini mendapat celaan-celaan dari masyarakat.

Dari sekian tahun Kartini menjalani penderitaan itu, di setiap waktunya beliau selalu berusaha untuk mendapatkan ilmu. Meskipun waktu itu tidak ada kesempatan untuk menuntut ilmu dan keluar, tetapi diperbolehkan Kartini berkomunikasi dengan surat-menyurat. Kartini juga diperbolehkan untuk membaca buku yang terdapat di rumahnya. Tetapi meskipun begitu, belajar tanpa berguru tidaklah seenak belajar di sekolah pada umumnya. Akhirnya dari kebebasan untuk mengirim surat, Kartini banyak mengirim surat kepada teman-teman Belanda. Dari kegiatan surat-menyurat tersebut, Kartini bisa bertukar ilmu dan mencurahkan isi hatinya.

Meskipun secara simbolik tradisi itu telah usai, rasa kepuasan dan lega belum memenuhi hati Kartini. Kartini masih ingin berdiri sendiri diusianya yang masih belia, agar masih bisa menuntut ilmu. Beliau tidak ingin bergantung pada orang lain, kartini masih ingin bermanfaat bagi sesamanya. " Tiada berguna kitab Hilda van Suylenburg diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu. Siapa yang membaca Bahasa itu, kecuali orang laki-laki? Masih sedikit sekali perempuan Jawa yang pandai membaca Bahasa Melayu", kutipan surat ini menandakan bahwa pendidikan wanita di Indonesia khususnya Jawa pada saat itu masih rendah.

Hingga suatu hari, Kartini ditanyai oleh salah satu teman beliau, hendak kemana dia nanti setelah mendapat surat tamat belajar. Pertanyaan itu selalu terngiang di telinga Kartini. Kemudian ditanyakanlah hal itu kepada ayahanda. Tiba- tiba saudaranya datang dan langsung menjawab pertanyaan Kartini "Apa lagi jika tidak menjadi "Raden Ayu". Mendengar jawaban dari saudaranya langsung menyelidiki "Raden Ayu" tersebut. Mengetahui nasib "Raden Ayu", timbullah rasa benci Kartini terhadap gelar tersebut. Karena gelar tersebut mengatarkan seorang gadis Jawa kepada tradisi memingit itu.

Bekas luka yang masih tertanggal dalam sanubari Kartini mengantarkan Kartini pada pemikiran yang berbeda dari pemikiran-pemikiran orang lain. Kartini beranggapan bahwa para wanita dan laki-laki memiliki perbedaan yang sangat jauh. Dan beranggapan bahwa nasib gadis Jawa adalah menikah dengan orang yang tak dikenalnya. Kartini sangat prihatin melihat keadaan para gadis. Kartini percaya bahwa zaman "Kartini" akan berubah. Walaupun begitu, Kartini masih merasakan bahwa zaman itu masih lama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline