Lihat ke Halaman Asli

HiQudsStory

Content Writer, Full time Blogger

Wayang Sari Lakon yang Kini Disandang Mantan Penyanyi Cilik Era 70an

Diperbarui: 29 Agustus 2023   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sari Koeswoyo yang kini melakoni peran sebagai perupa,dokpri.

Sebagai manusia kita itu sudah mendapatkan perannya masing-masing, lakonnya masing-masing. Jadi sekarang Lakonmu Apa? Itu juga yang menjadi tema pameran tunggal lukisan Sari (Yok Koeswoyo) yang bernama lengkap Louisa Herning Hapsari, seorang perupa yang mantan penyanyi cilik era 70an. Walau tidak ingin dikenal dengan embel-embel nama sang ayah yang musisi, tapi bagaimanapun darah seni itu menurun pada diri Sari. Kalau dulu beliau menjadi penyanyi cilik, kini Sari yang sekarang menekuni dunianya di dunia seni rupa, seni lukis yang membawa halusinasinya menjadi sebuah karya seni.

Bertempat di Ruang Garasi yang beralamat di Jalan Gandaria IV, Jakarta Selatan yang merupakan kediaman dari Kana Budi Prakoso, seorang perupa yang menjadi teman diskusi beliau sekaligus sebagai guru, mentor dan juga adik, pergelaran lukisan tunggal Sari dengan tema "Lakonmu Apa?" digelar selama bulan Agustus 2023 ini. 

Kesempatan yang sayang dilewatkan datang dari KOTeKA trip 9 yang digagas ketuanya mbak Gana yang bermukim di Jerman dan pas banget sedang pulang kampung ke Indonesia menggelar lawatan ke pameran lukisan tunggal mbak Sari ini. Sabtu pagi yang cerah, dengan menggunakan transportasi TransJakarta saya berangkat menuju lokasi pameran yang kebetulan lokasinya dekat dengan halte Mayestik, halte terdekat dari lokasi Ruang Garasi, tempat pameran digelar. Mbak Sari dan mbak Gana yang sudah tiba di lokasi menyambut ramah pengunjung yang datang yang sebagian besar adalah member KOTeKA dan juga rekan beliau. 

Dengan Sari Koeswoyo sang mantan penyanyi cilik yang kini menjadi perupa, dok: Denik

Walau terbilang kecil, tapi pameran lukisan mbak Sari yang digelar tidak bisa dibilang kecil. Ada sarat makna yang menyeruak di dalam lukisan-lukisan yang dipamerkan. Terdapat 5 buah lukisan yang berukuran 120x140 dengan tema wayang terpampang di tembok Ruang Garasi dan beberapa lukisan kecil-kecil. Menariknya ke 5 lukisan kanvas ini banyak menggambarkan sosok perempuan, seperti di lukisan dengan tema "Mbok Mbik (Mbok Emban)" di mana terdapat 2 perempuan yang salah satunya berusia lanjut yang menjadi Mbok Emban sang gadis. 

Pada dasarnya semua ibu adalah perempuan, tapi tidak semua perempuan dapat menjadi ibu. Ibu bagi perempuan bisa saja menjadi ibu bagi anak-anaknya, ibu yang mengemban di masyarakat, ibu di tempat dia bekerja sebagai atasannya, dan peran ibu lainnya. Sosok Mbok Emban ini sangat penting apalagi di masa kerajaan dulu yang membantu Raja dan Ratu mengemban putra putri kerajaan.

lukisan Sari Koeswoyo,dokpri.

Lukisan Mbok Mbik (Mbok Mban), dokpri.

Melihat lukisan sosok wayang perempuan dengan tangan-tangan yang menunjuk ke arahnya itu sempat membuat saya berpikir inikah sosok perempuan sekarang yang kerap katanya women support women tapi tidak jarang pula yang saling menjatuhkan sesama perempuan. "Bukan Wani Ditata", tema lukisan tersebut menyiratkan bahwa perempuan bukan sekedar sosok makhluk lemah yang gampang diatur-atur tapi juga seorang pribadi yang butuh aktualisasi diri. Bagi mbak Sari yang lebih menyukai penamaan perempuan ketimbang wanita karena perempuan itu sebagai empu, pengampu.

lukisan Bukan Wani Ditata, dokpri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline