Semua orang tidak akan pernah mengira kita sampai di sebuah periode waktu untuk bekerja di rumah dalam waktu yang relatif lama. Masa Work from Home (WFH) bagi beberapa profesi ini dirasa mengubah kebiasaan hidup jutaan orang di seluruh penjuru dunia. Termasuk di Indonesia tentunya. Salah satu jenis pekerjaan yang juga harus beradaptasi adalah profesi akademisi atau dosen.
Betapa tidak, seorang dosen yang biasanya mengajar dengan sesi tatap muka di kampus kini harus mengubah menjadi kelas daring atau online. Pengalaman saya dalam memberikan kuliah daring ini hanya membutuhkan 1 kali pelatihan untuk dapat mengakses sistem pengajaran online. Karena keesokan harinya sudah diminta untuk langsung action.
Dari mulai memiliki kemampuan 60% dengan peralatan dan sistem canggih, kini saya bisa sedikit berbangga diri dengan mengatakan kemampuan saya untuk mengoperasionalkan kelas daring hampir 98%. Semua itu diawali karena terpaksa maka saya pun harus cepat beradaptasi dan "memaksa" diri untuk menjadi manusia yang mampu berubah dalam waktu yang sangat singkat dan kemudian harus mahir.
Kesibukan mengajar kelas daring dapat dikatakan sangat menyita waktu. Bisa dibayangkan bila kita harus mampu melakukan banyak aktivitas di depan layar laptop dalam waktu yang cukup lama. Mungkin waktu mengajar menjadi sangat panjang karena setelah mengajar masih harus dilanjutkan dengan mengoreksi pekerjaan mahasiswa, membuat materi daring, mempersiapkan latihan atau tugas yang harus diupload sebelum sesi pertemuan daring selanjutnya.
Apakah dengan tugas yang lumayan melelahkan ini pantas membuat kita mengeluh? Saya kira jawabannya juga tetap tidak. Malah kemudian menjadi 'blessing in disguise' yang saya rasakan. Betapa tidak seiring waktu yang lumayan panjang masa WFH dan Study from Home (SFH) kemudian muncul banyak kegiatan daring lainnya. Mulai dari webinar, training online, hingga seminar nasional dan konferensi internasional yang juga dilaksanakan secara online. Semua kegiatan ini seolah menjawab keluh kesah para akademisi atau dosen.
Bagi siapa saja yang dapat memanfaatkan peluang dan kesempatan ini, bisa ditebak akan terus berusaha untuk menambah jam terbang dan aktif memilih kegiatan positif ini. Saya pun tak mau tinggal diam apalagi sampai ketinggalan. Tercatat ada 8 webinar yang diselenggarakan oleh Cambridge University Press telah saya ikuti, 4 pelatihan online tentang pengajaran BIPA dan soft skill, 6 webinar tentang peningkatan publikasi penelitian dan pengajaran bahasa, serta 3 kegiatan konferensi internasional yang sudah mengirimkan Letter of Acceptance (LOA) menandakan 4 artikel saya lolos untuk dipresentasikan. Alhamdulilah..
Yang membahagiakan, salah satu dari konferensi internasional ini diselenggarakan oleh sebuah Universitas di Polandia. Hal ini sekaligus menambah catatan baru daftar Academic Travelling saya untuk mempresentasikan hasil riset di Benua Eropa. I'm so happy for this blessing! Alhamdulilah Ya Robb. Ini akan menjadi petualangan ke-22 dalam kisah perjalanan Academic Traveling saya.
Di tengah masa pandemic yang sungguh luar biasa ini, saya bersyukur karena di satu sisi saya merasa kehilangan waktu berinteraksi langsung dengan mahasiswa di kelas. Namun, di sisi yang lain saya malah memiliki waktu untuk menyelesaikan serangkaian daftar Pekerjaan Rumah yang harus saya selesaikan segera.
Tak banyak memang tapi saya bersyukur karena dalam kurun waktu 4 bulan WFH saya mampu merampungkan 5 modul dan 4 artikel untuk beberapa jurnal yang menjadi incaran saya. Saya berdoa semoga ikhtiar ini berakhir dengan happy ending dengan diterbitkannya beberapa artikel ini di jurnal impian. Semoga! Aamiin YRA.
Sebagai penutup dari tulisan ini, saya ingin mengingatkan kepada rekan-rekan seprofesi, "Daripada mengeluh akan ini dan itu, berkeluh kesah akan permasalahan pandemi COVID-19, lebih baik kita fokus untuk produktif dan berkarya. Tuhan memberikan musibah dan cobaan ini bukan tanpa maksud. Semua kembali kepada kita, bisa menyikapinya dengan bijak atau tidak. Mampu memanfaatkan waktu sekarang dengan baik atau tidak. Pilihan itu ada di tangan kita masing-masing."