Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Jalanan

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di lantai pertiwi ini, tersaji jutaan pilihan kenikmatan
Sendirinya berdiri membentuk kebutuhan asupan kepuasan
Merangkai menjadi turus pilihan, yang mana milikku?
Langkah jiwa-jiwa merapuh memandangi setapak-setapak jalanan
Kotoran hina berbalut kesucian kata berserakan
Diantaranya, aku bisa pandangi bagaimana haru mengalun
Setebal apapun itu, tetap bermakna jerami
Gersang lain lagi, kemungkinan terindah saja hanyut ke tempat lain
Jauh dari tempat semestinya
Manakala berhenti untuk merasa rehat
Kisah lain terbuka memenuhi hiruk pikuk layar kehidupan
Bukan kesatu, kedua, ketiga, keempat atau kelima
Melainkan daun-daun yang harus kembali gugur memberantakkan jalanan
Hilang tertiup angin tanpa tahu bagaimana berikutnya
Harapannya selesai dengan akhir yang baru
Kali ini, senandung burung membias sebagai simfoni kehampaan
Mereka dan aku, ialah Raja bangsa kahyangan impian terkenal
Tak mengenal batas kewenangan atau kekuasaan
Bangsa Raja sebagai babu kenikmatan bagi pemerintahnya
Bangsaku paling terhormat diantara lainnnya
Rela mengorbankan darah beningnya burcucuran
Menenggelamkan pikiran untuk prasangka yang dipaksa baik
Meninggalkan kebutuhan cahaya untuk pertaruhan keadilan
Diatur dalam kegelapan hingga sanggup melaksanakan titah para menterinya
Terbodohi untuk membayar pecinta kekuasaan dan penikmat ketamakan
Padahal, tak ada yang Raja ini dapat
Kecuali, tumpukan sisa-sisa penimbunan jerami
Atau muntahan-muntahan kepelikan masalah tanpa ujung juga hasil
“BANGSA INI MARAH !!”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline