Lihat ke Halaman Asli

Hindun Rahmi

Mahasiswa

Memutus Rantai Unfinished Business dengan Pendekatan Konseling Gestalt, Sebuah Proses Berdamai dengan Diri Sendiri

Diperbarui: 12 Agustus 2020   14:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setiap manusia adalah korban kehidupan. Pernah diabaikan, ditinggalkan, tidak pernah dianggap ada, menjadi korban kekerasan, mengalami berbagai kegagalan, harapan tidak sesuai dengan kenyataan atau perasaan bersalah terhadap seseorang. Dan ketika mengalami sebuah peristiwa yang menyakitkan tersebut, banyak orang memilih untuk memendam perasaannya dan berpura-pura sedang baik-baik saja. Dengan harapan, perasaan sedih, kecewa, marah, gelisah yang sedang dihadapinya akan menghilang seiring dengan waktu yang berjalan.

Namun pada kenyataannya, semakin dipendam, emosi-emosi negatif tersebut terus bertambah dan tanpa disadari akan mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku.  Dan jika terus berada di keadaan yang seperti ini, percayalah semakin hari kita akan semakin jauh dengan kebahagiaan. Dan jiwa kita semakin terluka, tentunya. Karena rumus kebahagiaan adalah ketika kesehatan mental seimbang dengan kesehatan fisik.

Konseling Gestalt hadir untuk membantu individu berdamai dengan masa lalunya. Pendekatan Gestalt ini dicetuskan oleh seorang keturunan Yahudi yang bernama Frederick Solomon Perls. Atau lebih sering di sebut dengan Perls. Perls sendiri lahir di Berlin pada tahun 1893, dari keluarga menengah ke bawah.

Dalam proses tumbuhnya, Perls sering mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya. Bisa dikatakan bahwa Perls tumbuh dalam keluarga ang tidak harmonis, ibu dan ayahnya sering sekali bertengkar dan Perls lah yang dijadikan kambing hitam. Pengalaman penolakan dan rasa tidak aman inilah yang kemudian mempengaruhi sikap dan pemikirannya di masa depan.

Pada tahun 1916, ia bergabung dengan tim medis jerman dalam perang dunia pertama. Perls bekerja fokus pada bidang kerusakan otak tentara di Frankfrut. Dari sinilah Perls beranggapan bahwa pentingnya memandang manusia sebagai satu keseluruhan, bukan hanya dari bagian-bagiannya saja. Manusia tidak akan bisa diketahui hanya berdasarkan komponen fisiknya saja, atau dari komponen psikisnya saja. Tetapi mengenal manusia harus dilakukan secara komprehensif, yaitu dari sisi fisik dan sisi pikologisnya.

Pendekatan Gestalt sangat menekankan setiap individu untuk menemukan caranya sendiri perihal mengambil keputusan dalam hidupnya dan bertanggung jawab penuh atas keputusan yang telah diambilnya tersebut. Untuk itu salah satu tujuan konseling Gestalt ini adalah membantu konseli agar dapat menemkan pusat dirinya, mencapai kesadaran dan membantu konseli agar berani menghadapi berbagai macam tantangan dalam menghadapi kenyataan.

Dalam hubungannya dengan perjalanan hidup manusia, pendekatan Gestalt mempunyai sebuah konsep yang dinamakan sebagai Here and Now. Konsep yang memandang kehidupan adalah proses yang terjadi saat ini dan di sini. Individu yang terlalu terpaku pada masa depannya akan mendapatkan masalah serius dalam kehidupannya. Misalnya kecemasan yang berlebihan, ketakutan akan bayangan-bayangan yang belum tentu terjadi di masa depan nanti. Orang-orang yang seperti ini, tentunya akan sangat sulit sekali untuk menikmati hidupnya dan jauh dari kebahagiaan.

Begitu pula dengan individu yang masih terikat dengan konflik batin pada masa lalunya. Atau lebih dikenal dengan Unfinished Business atau urusan yang tidak selesai. Biasanya merupakan hal yang bersifat traumatis yang belum menemukan titik penyelesaian secara tepat dan benar. Hal ini sering sekali membuat indivdu akhirnya menekan konflik batin ini ke dalam alam bawah sadarnya. Dan menimbulkan perasaan-perasaan negatif. Seperti, amarah, dendam, kebencian, sakit hati, kecemasan, perasaan bersalah atau merasa diabaikan terus menerus.

Kondisi ini jika dibiarkan, akan menimbulkan gangguan tersendiri terhadap kondisi psikologis seseorang. Dan dampak terhebatnya bisa menimbulkan mental ilness seperti depresi, bipolar disorder dan sebagainya. Orang-orang dengan kecendrungan mental ilness tidak terjadi begitu saja, selalu dilatarbelakangi dengan pengalaman-pengalaman masa lalu yang menyakitkan atau pola asuh orang tua yang salah.

Unfineshed business ini salah satunya bisa dilihat pada seseorang yang di masa kan-kanaknya pernah menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual oleh orang dewasa (sexsual abuse), sehingga saat ini menjadi sulit untuk mencintai seseorang (lawan jenisnya) dan menolak untuk dicintai. Hal ini terjadi karena segala emosi yang dulu dirasakannya baik itu kemarahan atau ketakutan, tidak  diekspresikan olehnya. Bisa karena beberapa sebab, hal yang pertama adalah rasa malu sehingga tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan apa yang sudah di alaminya dan akhirnya tidak mendapatkan penanganan secara baik dan benar.

Atau bisa dilihat pada seorang perempuan yang dua tahun lalu sangat mencintai seseorang kemudian karena beberapa alasan, perempuan tersebut akhirnya mengakhiri hubungannya dengan laki-laki tersebut. Sampai akhirnya saat ini, perempuan tersebut menyimpan perasaan bersalah dan penyesalan yang cukup dalam. Sehingga membawa perempuan tersebut pada kondisi tidak bisa move on, dan selalu berusaha mencari pasangan yang persis seperti laki-laki itu. Wah, tentu ini kondisi yang sangat menyiksa batin sekali ya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline