Lihat ke Halaman Asli

Jejak Usman-Harun di Orchad Road

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

139209641262917465

[caption id="attachment_321915" align="aligncenter" width="560" caption="Oenyambutan jenazah Pahlawan Nasional Prajurit KKO Usman dan Harun yang namanya akan dijadikan Kapal Perang TNI AL. (Tribunnews.com)"][/caption]

Sekrenario Besar Sedang Berjalan

SINGAPURA ngambek sebagai bentuk protes pemberian nama kapal perang baru KRI Usman Harun. Argumen dan alasannya sangat sumir. Pemberian nama KRI Usman Harun akan melukai rakyat Singapura terutama korban bom Mac Donald House (MDH) . Usman-Harun, dua praujurit KKO, pengebom MDH 10 Maret 1965 dan kemudian dieksekusi mati di tiang gantungan di Penjara Changi, Singapura, 17 Oktober 1968 oleh Singapura dianggap sebagai teroris. Sementara Pemerintah Indonesia menetapkan kedua prajurit KKO itu sebagai Pahlawan.

Dari Desa Jatisaba, Kampung Tawangsari, Purbalingga, Jateng. Ny.Sitti Ridiah, kakak kandung Usman Djanatin ikut menanggapi protes Singapura itu. “Langkah TNI AL memberi nama KRI Usman Harun sama sekali tidak ada kaitannya dengan Singapura. Kenapa Singapura mempermasahkan, ini kan murni urusan Indonesia. Singapura boleh saja menganggap Usman Harun sebagai teroris akan tetapi bagipemerintah dan rakyat Indonesia mereka adalah pahlawan yang gugur melaksanakan tugas negara”.

Siapa paling diuntungkan dengan adanyakonflik ini. Tentu ada pihak-pihak yang sedang memancing di air keruh dan akan terus mengkompori agar perseteruan ini terus memanas.Bukan tidak mungkin dibalikprotes Singapura memang merupakansekrenario besar yang sengaja direkayasa.Pihak-pihak yang sudah sejak lama berambisi menjadi penguasa tunggal di perairan Selat Malaka yang sangat sibuk dan strategis, sudah sangat ngedreng membangun pangkalan militer di kawasan ini.

Jejak di Orchad Road

MINGGU kedua bulan Maret 1964. Kurang dari10 bulan setelah Presiden Republik Indonesia mengumumkan keputusan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) 3 Mei 1964: perintah pengerahan sukaralewan Indonesia dalam rangka penggayangan dan penghancuranproyek neo-kolonialisme. Sebuah bom meledak diMac Donald House (MDH) - terletak dikawasan Orchad Road,Singapura. Enam orang tewas puluhan toko di dekat Hotel MD rusak dan puluhan kendaraan roda empat rusak berat dan ringan.

Sekitar tiga tahun dari peristiwa peledakkan bom seberat 12,5 kilogram, tepatnya17 Oktober 1968,dua prajurit KKO AL Usman dan Harun dieksekusi mati di tiang gantungan. Kedua sukarelawan prajurit itulah yang bersama seorang sukarelawan sipil Gani alias Aroeb meledakkan bomdi MDH. Mereka dieksekusi mati di Penjara Changi, Singapura setelah permohonan kasasinya ditolak oleh Privy Caunsil di London, Inggris. Badan Pengadilan ini mengeluarkan putusan menolakpermohonan kasasi kedua prajurit KKO itu pada tangggal 22 Mei 1968.

Hampir 46 tahun kemudian,setelah eksekusi mati kedua sukarelawanprajurit KKO AL tersebut, Pemerintah Singapura memprotes rencana Pemerintah Indonesia yang akan memberi nama salah satu kapal perang baru buatan Inggris dengan nama KRI Usman-Harun. Ternyatra Pemerintah Singapura begitu alergi terhadap sosok Usman-Harun. PadahalSingapura yang menghukum mati keduaPrajurit KKO AL (Korps Komando Operasi). Sebab ketika Pemerintah Indonesia akan mengabadikan nama Usman-Harun sebagai nama salah satu kapal perang jenis fregat buatan Inggris – KRI Usman-Harun, Pemerintah Singapura memprotesnya.

Pemberian nama itulahyang diprotes Singapura karena dianggap akan melukai rakyat Singapura, terutama para korban peledakkan bom yang dilakukan oleh kedua prajurit bersama seorang sukarelawan sipil bernamaGani bin Aroeb. Aksi peledakkan di Hotel MD ini menewaskan dan melukai puluhan orang. Sigapura menganggap Usman dan Harun sebagai penjahat, teroris. Sebaliknya rakat Indonesia menganggap kedua aprajurit KKO itu sebagai pahlawan karenamereka mati sahid dalam menjalankan tugas negara.

Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menganggap masalah ini sebagai sesuatu yang nilainya kecil dan hanya sebagai catatan karena masalah ini merupakan urusan internal.

Siapa sebenarnya Usman Harun, kenapa Singapura tiba-tiba begitu alergi dengan kedua sosok prajurit KKO AL yang nota bene Singapura pulalah yang menghukum mati mereka. Usman-Harun dan Gani bersama puluhan sukarelawan adalah bagian terkecil dari ribuansukarelawan yang siap diterjunkan ke medan konfrontasi ganyang Malaysia yang akan membentuk Negara Federasi Malaysia terdiri dari Malaysia, Singapura, Sabah, Serawak dan Brunei. Bung Karno menilai keberadaannegara federasi yang disponsori dan bentukan neo-kolonialislme Inggris akan membahayakan Indonesia.

Usman Harun adalah sukarelawan pertama yang diberangkatkan ke lokasi/strategis yang letaknya paling dekat dengan Singapura yakni Pulau Sambu di wilayah Kepulauan Riau. Mereka diberangkatkan menggunakan sebuah kapal meriam (gunboat). Sementara sukarelawan lainnya diberangkatkan ke Kalimantan Utarayang berbatasan dengan Malaysia. Pengiriman Sukwan Dwikora ke Kalimantan Utara telah menginspirasi P.Dhede untuk mencipta sebuah lagu yang sangat populair pada masanya. Judul lagu tersebut adalah Keheningan Malamakan tetapi lagu ini lebih dikenaldengan judulKalimantan Utara yang dinyanyikan Anna Manthovani pernah sangat terkenal di era tahun 1964-1970an.Pada bait terakhir P Dhede memanjaatkan doa bagipara pahlawan yang tengah melaksanakan tugas negara di Kalimantan Utara. Syairnya seperti ini .. Oh Tuhan Yang Kuasa/ Oh lindungilah dia/Pahlawanku di rimba raya…/Kalimantan Utara . (mudah-mudahan penafsiran saya terhadap lagu itu tidak keliru).

Meski sama-sama sebagai prajurit KKO, Usman alias Djanatin bin Haji Mochammad dan Harunalias Tohir bin Said keduanya tidak saling kenal. Mereka berdua saling kenal saat bertemu di Pulau Sambu. Selain sukarelawan yang dikirm ke Sambu,KKO AL juga mengirim pasukan yang bergabung dalam Brigade Pendarat. Di pulau kecil ini Usman dan Harun bertemu dan berkenalan dengan Gani alias Aroeb seorang Sukwan sipil yang kemudian bergabung menjadisatu tim. Mereka kemudian ditempatkan di Pulau Layang. Tanggal 9 Maret 1965mereka mendapat tugas dari Komandan Sukwan DwikoraKaptenKKO Paulus Subekti untuk menyusup ke Singapura. Tengah malam 9 Maret 1965 tim kecil behasil menjejakan kakinya di daratan Singapura. Tanpa istirahat Usman, Harun dan Ganimulai menyusuri Orchad Road untuk mendekati obyek sasaran yang telah ditentukan. Obyek sasaran mereka adalah Hotel Mac Donald (MD). Sebab di hotel inilah terdapat banyak perwira militer dan orang swasta asal Inggris. Kala itu,Hotel MD ini memang menjadi tempat menginap paling favorit bagi orang asing yang berkunjung ke negeri Singa ini. Pada pergerakanpertama mereka belum berhasil meletakkan bom di obyek sasaran karena suasana di sekitar hotel MD masih terlalu ramai. Namun pada akhirnya mereka berhasil memasang bom di hotel tersebut.

Tanggal 10 Maret 1965, bom seberat 12,5 kg sukses diledakkan dan menghancurkan flat (apartemen) Hotel MD. Dampak ledakan bom tersebut sungguh luar biasa. Enam orang tewas dalam insiden bom tersebut dan puluhan orang luka berat dan ringan. Sebanyak 20 pertokoan rusak berat, menghancurkan sekitar 24 kendaraaan roda empat. Ledakkan ini sudah barang tentu membuat pemerintah dan aparat keamanan Singapura kalang kabut dan melakukan penjagaan tempat-tempat strategis termasuk pintu keluar Singapura, pelabuhan laut, pelabuhan udara dan jalur darat.

Untuk menghindarkan kecurigaan aparat keamanan mereka berpencar dan sepakatbertemu kembali di suatu tempat. Tanggal 11 maret 1965 mereka sempatberkumpul kembali. Ketiga sukarelawan itu sebenarnya berencana meledakkansebuah apartemen yang terletak tidak begitu jauh dari hotel MD. Tapi karena suasana tidak memungkinkan dan penjagaan oleh militer dan polisi juga sangat ketat rencana tersebut dibatalkan. Mereka kemudian memutuskan untuk kembali ke pos utamadi Pulau Sambu. Namun semua jalan keluar dari daratan Singapura sudah dijaga ketat. Demikian pula jalur laut antara perairan Selat Singapura dan Pulau Sambu sudah diblokade oleh pasukankeamanan.

Dalam situasi genting tersebut mereka bertiga memutuskan berpencar dan mencari jalan keluar sendiri-sendiri. Siapa yang terlebih dulu sampai di Sambu harus melaporkan peledakkan bom terhadap Hotel MD. Gani sepakat memisahkan diri. Akan tetapiDjanatin selaku komandan regu menolak berpisahdengan Harun. Setelah itu Gani menghilang entah kemana. Sementara Usman dan Harunmengalami kesulitan menembus penjagaan di daerah pantai yang sangatketat. Namun berkat pelatihan-pelatihan dibidang intelejen mereka berhasil menyamar sebagai awak kapal dagang yang kebetulan sedangsinggah di Pelabuhan Singapura.Mereka berhasil naik ke kapal dagang Begama yang akan berlayar menuju Bangkok, Thailand. Namun identitas mereka ketahuan dan pemilik kapal Begama mengusirnya. Usman dan Harun kemudian merebut sebuahperahu bermotor. Nahas dalam perjalanan ke Pulau Sambu, perahu bermotor mengalami ganguan mesin. Sekitar pukul 09.00 tanggal 13 Maret1965 mereka ditangkap oleh Polisi Peronda Laut Perairan Singapura dan langsung dibawa ke Singapura. Kedua prajurit KKO itu dijebloskan di penjara Changidan dieksekusi mati ditiang gantungan di penjara yang sama pada 17 Oktober 1968 .

Beberapa saat sebelum pelaksanaan eksekusi kedua anggota KKO AL menitipkan pesan ucapan terima kasih kepada utusan Presiden-Panglima Tertinggi ABRI, Brigjen TNI Tjokro Pranolo dan Atase Pertahanan Letkol Laut (KH) Gani Jemaat SH atas perhatian dan usaha yang telah dilakukan. Mereka siap mati demi kejayaan Bangsa, Negara dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, Korps Komando. (hindharyoen nts, jurnaslis, dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline