Lihat ke Halaman Asli

Diferensiasi dalam Film

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa yang tidak kenal dengan Francis Ford Coppola? atau Takashi Miike ? Pasti para pembaca sudah tahu film-film yang dihasilkan oleh mereka bertiga. Coppola dengan The Godfather, Takashi Miike dengan dwilogi Crows Zero. Tahukah para pembaca, bahwa ketiga sutradara hebat ini mulai dikenal dan dilirik oleh dunia perfilman ketika masing-masing membuat film dengan tingkat kekerasan yang sangat tinggi ?

Kita mulai dengan Francis Ford Coppola. Pembesut film yang terkenal dengan tokoh Don Vito Corleone di dalam filmnya ini, membuat film pada tahun 1963, berjudul 'Dementia 13'. Inti ceritanya adalah pembunuhan yang dilakukan di dalam sebuah kastil tua , dengan anggota keluarganya yang kelihatannya mempunyai rahasia tertentu, dan tentu saja dengan senjata kapak yang diayunkan seenaknya ke kepala korban pembunuhannya, sehingga efek yang diperlihatkan membuat jijik yang menontonnya.

Lalu berlanjut kepada Takashi Miike, memang sutradara yang satu ini memang terkenal dengan ke-nyentrik-kannya. Dikatakan nyentrik karena film-filmnya memang terkenal penuh dengan tingkat kekerasan yang melebihi dosis. Saya sering berimajinasi bagaimana jika semua karakter dalam film dwilogi Crows Zero yang dibesutnya, diberi senjata tajam ? apakah si Genji mampu tetap berdiri dengan semua luka sabetan dan tusukan di sekujur tubuhnya ? Well, sutradara ini mulai "muncul" ke perfilman global semenjak keluarnya "Ichi The Killer" (2001). Film ini mendapat perhatian karena  ke-nyeleneh-annya pada premiere "Ichi The Killer" di Toronto International Film Festival 2001. Dia memberikan tas muntah kepada kepada audiens sebelum menonton filmnya.

Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah perjalanan karir kedua sutradara yang hebat ini, bahwa kita harus membuat sebuah film itu harus beda daripada yang lain, harus seunik mungkin, segila mungkin, yang mampu menarik perhatian dan komentar dari berbagai pihak(word of mouth), kemudian diperbincangkan, dan kemudian dengan sendirinya akan membekas di pikiran para penonton dalam waktu yang lama. Tidak apa-apa film itu mengandung tingkat kejijikan yang luar biasa, toh film tersebut mampu diingat dalam jangka waktu yang lama. Itu yang kita sebut diferensiasi dalam film. Artinya mampu berfikir out of the box, mampu membuat karya yang mampu diingat oleh para konsumen tanpa perlu melakukan promosi yang gila-gilaan, ternyata"isi"-nya biasa-biasa saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline