Lihat ke Halaman Asli

Matrimony Lesmana

Tukang Sosiologi Budaya

Legalisasi Ganja, Meninjau Ulang Makna "Memabukkan"

Diperbarui: 5 Februari 2020   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi daun ganja. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Pertimbangan mengkonsumsi ganja untuk tujuan 'rekreasi terlarang' adalah menimbang antara mudarat atau manfaat. Di mana etika sosial budaya dan norma agama biasa dikedepankan.

Tapi menimbang legalisasi ganja sebagai komoditi ekpor, pertimbangan ekonomi seakan berdiri sendiri terdepan. Artinya orang lebih menghitung untung rugi daripada mempertimbangkan hal lain.

 [...], bila dikonsumsi zat ini menyerang kerja otak, [...]

Sebelum bicara lebih dalam mengenai pendayagunaan ganja sebagai komoditi, ada baiknya diawali dengan memahami apa yang disebut ganja. Tidak kalah pentingnya, apa pengaruhnya dari sisi sosial ekonomi, dan bagaimana negara memandang isu ini.

Tanaman ganja mengandung zat psikoaktif, bila dikonsumsi zat ini menyerang kerja otak sehingga pengguna akan mengalami gangguan kejiwaan (lihat: unodc.org). Gangguan tersebut dalam jangka pendek berupa berkurangnya kesadaran, akal, kepekaan (sosial) dan menurunnya respon dan fungsi dalam bermasyarakat dari pemakainya. Keadaan ini dikenal dengan istilah "mabuk".

Di dalam UU 35 tahun 2009, tanaman ganja dari seluruh genus cannabis termasuk ke dalam Narkotika Golongan I. Narkotika golongan ini dilarang diproduksi atau menjadi bagian dari produksi. Budi-dayanya dilarang selain untuk kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan, itupun dalam jumlah yang sangat terbatas dan harus seizin Menteri terkait.(lihat: http://e-pharm.depkes.go.id/front/pdf/UU352009.pdf).

Konsumsi zat psikoaktif dalam jangka panjang terbukti dapat mengakibatnya kecanduan dan gangguan jiwa permanen.

Atas dasar itu, penyalahgunaan ganja berpotensi mengancam kelangsungan hidup suatu bangsa. Kondisi ini terutama disebabkan oleh konsumsi berlebihan oleh segmen usia muda. Yaitu segmen generasi yang diharapkan menjadi sumber daya manusia suatu bangsa di masa yang akan datang.

[...] budi daya dan peredaran ganja diawasi ketat oleh negara.

Tidak berhenti di situ, dikarenakan sisa zat psikoaktif dapat mengendap di dalam tubuh manusia dalam waktu yang lama, maka orang tua pengkonsumsi zat ini berpotensi mewariskan cacat fisik dan mental pada keturunannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline