Lihat ke Halaman Asli

Matrimony Lesmana

Tukang Sosiologi Budaya

Pidato Nadiem Makarim dan Ki Hadjar Dewantara

Diperbarui: 25 November 2019   21:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber: bangsamahasiswa.com)

Mencermati Pidato Hari Guru Nasional 2019 dari mas Mendikbud Nadiem Makarim, ingatan kita dibawa kembali ke masa lalu. Kepada impian pendahulunya yaitu Bapak Pendidikan Nasional Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara.

Mirip seperti pendiri bangsa lainnya, beliau mengimpikan kemajuan bangsanya. Maju dan bangkit dari keterbelakangan di masa penjajahan.

Saat itu ia melihat kesempatan memajukan bangsanya dengan jalan mencerdaskan seluruh anak bangsa. Dari situ ia kemudian mencanangkan pemerataan pendidikan. Seperti diketahui, bahwa sebelumnya pendidikan hanya dinikmati oleh segelintir kaum priyayi.

Sebagai seorang warga priyayi Ki Hadjar Dewantara mengawali gerakannya lewat kaumya. Lewat gerakannya ia menyerukan agar kaumnya menggunakan keuntungan mereka sebagai kaum terdidik untuk mendistribusikan ilmu pengetahuan kepada seluruh anak bangsa ini tanpa diskriminasi.

Saat itu seruannya itu ditujukan pada kaumnya untuk mengajar - menjadi guru.

Kini, Penerus posisi Ki Hadjar Dewantara di kementrian, mas Mendikbud Nadiem Makarim, pagi hari tadi, 25 November 2019, menyiarkan rekaman pidatonya untuk menyambut Hari Guru Nasional.

Bila kita maknai bersama isi pidatonya seolah semangat Ki Hadjar Dewantara dihidupkan kembali, yaitu permusuhan abadi terhadap kebodohan dan keterbelakangan.

Pidato ini menjadi indikasi, bahwa negara berencana untuk mengembalikan posisi dan peran guru ke fitrahnya sebagai penggerak dan pelaku utama pencerdasan bangsa Indonesia, dan bukan abdi negara yang lebih sibuk dengan aturan birokrasi dan administrasi.

Perhatikan, dari sebagian besar paragraf  pidatonya dimulai dengan kata 'Anda'. Ini adalah seruan langsung kepada para guru sebagai orang-orang di front terdepan. Diingatkan, bahwa tugas mereka tidak pernah mudah, namun mereka tetap harus selalu berdiri di depan untuk menarik atau menaikan mental anak didiknya ke arah kemajuan. Senada dengan yang dimaksud oleh ungkapan ing ngarsa sung tulada.

Dalam pidatonya mas Mendikbud juga menghimbau para guru untuk menggali potensi setiap anak bangsa. Mereka harus berada di antara anak didiknya - ing madya mangun karsa. Dengan begitu keistimewaan dan keunggulan mereka akan lebih dapat dikenali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline