Pendahuluan
Kemiskinan merupakan suatu kondisi yang menjelaskan bahwa seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Kemiskinan berdampak pada bagaimana sikap seorang individu dalam memenuhi kebutuhan dasar hariannya, seperti sandang, pangan, dan papan. Namun, seiring dengan perubahan dan perkembangan zaman, kebutuhan dasar seorang individu pun ikut berubah, seperti kebutuhan perempuan akan produk menstrual. Perempuan yang hidup di negara dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi, seperti India, cenderung menderita kemiskinan yang mengganggu kehigienisan menstruasi mereka (World Bank, 2021). Dengan kemiskinan yang ada, perempuan dan anak perempuan di negara tersebut menderita period poverty.
Period poverty merupakan permasalahan global yang diindikasikan dengan kurangnya akses perempuan terhadap produk menstrual, fasilitas sanitasi, akses terhadap pendidikan dan informasi mengenai menstruasi, serta kondisi-kondisi lain yang berhubungan dengan menstruasi (Sacca et al., 2023). Berdasarkan World Bank (2022), sebanyak 500 juta perempuan di seluruh dunia menderita kekurangan akses terhadap produk menstrual dan fasilitas yang memadai untuk menangani Menstrual Hygiene Management (MHM).
Selain itu, adanya miskonsepsi terhadap menstruasi yang beredar di tengah masyarakat India memunculkan praktik-praktik menstruasi yang tidak higienis dan membahayakan bagi perempuan. Dalam kondisi ini, perempuan berisiko terkena masalah kesehatan yang serius, seperti infeksi reproduksi dan saluran kemih. Mereka memerlukan akses terhadap fasilitas sanitasi, air bersih, dan produk menstruasi yang aman dan terjangkau agar dapat menjalani masa menstruasi yang sehat dan aman (Rohatgi et al., 2023).
Kemiskinan dan higienitas menstruasi merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Hal ini karena pada negara berpendapatan tinggi, higienitas menstruasi menjadi suatu hal yang mudah didapat. Sebaliknya, pada negara berpendapatan rendah, higienitas menstruasi justru merupakan sesuatu yang mewah karena sulit didapatkan. Kemiskinan memberikan dampak yang lebih besar kepada perempuan dibanding dengan laki-laki dalam permasalahan higienitas reproduksi. Hal ini terjadi karena perempuan membutuhkan produk menstrual dan fasilitas sanitasi yang memadai untuk memenuhi higienitas reproduksi mereka. produk menstrual; pembalut, tampons, menstrual cup dan fasilitas sanitasi merupakan suatu standar dan hak fundamental bagi semua perempuan yang ada di dunia. Namun pada kenyataannya, hal tersebut masih sangat sulit untuk didapatkan di India karena terhalang restriksi finansial.
Penyebab Period Poverty di India
Period poverty yang terjadi di India dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, miskonsepsi masyarakat India terhadap menstruasi yang menganggapnya najis dan tidak suci. Karena dalam kepercayaan masyarakat India, menstruasi diartikan sebagai penebusan rasa bersalah oleh perempuan atas pembunuhan Indra terhadap Vritras pada zaman Weda (Garg et al., 2015). Di sisi lain, menstruasi masih dianggap sebagai hal yang tabu di India.
Mereka diajarkan untuk menyembunyikan pemakaian dan pembuangan produk menstrual dari laki-laki sehingga memaksa mereka untuk mengeringkan produk menstrual yang digunakan di sudut kamar yang gelap dan jauh dari cahaya matahari. Lebih jauh lagi, terdapat beberapa larangan diskriminatif bagi perempuan India selama menstruasi, seperti larangan memasuki ruang puja, dapur, mandi, bahkan memegang sapi.
Semua larangan tersebut merupakan refleksi terkait stigma mengenai menstruasi sebagai najis dalam kepercayaan masyarakat India. Dengan adanya stigma tersebut, kesehatan mental, pendidikan, dan produktivitas perempuan India akan terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap perekonomian India.