"Apa maksudmu tidak mau, Zayn?" tanya Komandan Raidy kepada bawahannya yang bernama Zayn Alfik itu.
"Siap, mohon maaf, Komandan. Tetapi saya tidak mau jika saya harus melakukan hal itu," jawab Zayn dengan lugas pada Komandannya.
"Cih. Berani kamu melawan atasanmu, Zayn? Siap kamu jika harus menerima konsekuensi karena ketidakpatuhan mu ini?"
"Siap, saya bersedia menerima segala resiko atas kejujuran saya, Komandan. Sekalipun saya harus menentang, Komandan."
Semua ini berawal dari tindakan Zayn, seorang bawahan yang tidak mematuhi perintah komandannya untuk melepaskan seorang tahanan yang baru memasuki jeruji besi dua hari yang lalu. Tahanan atas kasus penganiayaan dan pelecehan terhadap seorang anak di bawah umur. Tahanan itu merupakan seorang anak dari pejabat yang disegani oleh beberapa orang yang memiliki kekuatan di bawahnya. Ia yang tidak ingin reputasinya hancur karena sang anak terkena sebuah kasus pun rela melakukan penyuapan pada salah satu komandan di Kantor Polisi tempat sang anak di tahan. Komandan Raidy lah orangnya. Ia pun mengatakan bahwa pemegang kasus anak dari pejabat tersebut adalah Zayn. Maka dari itu, sang pejabat pun membayar hampir dua kali lipat, agar sang anak bisa tetap bebas. Apapun caranya. Untuk melaksanakan perintah pejabat itu, Komandan Raidy menjatuhkan perintah pada Zayn, yang ternyata ditolak secara mentah-mentah oleh Zayn.
Setelah melakukan penolakan pada perintah menyimpang itu, tidak sampai dari dua hari, surat pemindahan tugas terhadap Zayn telah datang dan langsung diterima oleh Zayn. Dirinya dimutasi ke Kantor Polisi yang berada di tepat perbatasan yang ada di kota tetangga.
Baru beberapa hari, bahkan tidak mencapai satu minggu Zayn berpindah, rekannya yang masih berada di sana memberitahu dirinya bahwa tahanan anak pejabat itu sudah keluar dari jeruji besi. Mendengar hal itu, Zayn merasa kecewa pada komandannya. Bisa-bisanya komandan nya itu melepas seorang tahanan berbahaya hanya untuk sejumlah uang. Ia pun mempunyai keinginan untuk melaporkan komandan nya itu, akan tetapi ia ragu. Belum tentu atasannya mau mendengarkan penjelasan dari bawahan seperti nya
***.
Sudah hampir dua bulan Zayn dipindah tugaskan. Anak pejabat itu juga sempat memasuki jeruji besi kembali, bahkan dengan kasus yang sama. Akan tetapi, hal seperti kemarin kembali terulang. Tidak sampai satu minggu tahanan itu berada di balik jeruji besi, ia sudah lepas. Di kasus kedua ini, tidak hanya sang komandan yang di beri, tetapi dari keluarga korban pun di beri dengan sedikit bumbu ancaman, yang membuat keluarga lemah itu, mau tidak mau menutup mulut dan menarik kembali laporan mereka. Sedangkan untuk Komandan Raidy, ia hanya bertugas menjaga mulut dan tangan bawahannya, juga mengurus bukti-bukti yang sebelumnya memang sempat diserahkan pada Kantor Polisi.
"Apa benar dia kemarin sempat masuk dan dikeluarkan kembali?" tanya Zayn pada Rendra, temannya yang masih berada di sana. Rendra mengangguk, "Iya, dia kemarin sempat masuk di jeruji lagi. Tapi tidak sampai tiga hari dia sudah dibebaskan."
"Komandan Raidy keterlaluan, Ren. Lama-lama, warga pasti akan kehilangan kepercayaan pada pihak kepolisian seperti kita. Harus ada yang bisa menegurnya atau bahkan melaporkan nya pada atasan. Supaya hal ini tidak terus terulang, Ren."