by Indah Safira e!21
Perusahaan startup teknologi sedang mengalami lonjakan popularitas yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dunia bisnis. Alasan utamanya adalah biaya yang lebih rendah untuk memulai, skala pasar global, permintaan konstan akan inovasi, serta ketersediaan sumber daya manusia yang terampil. Dengan biaya awal yang minim serta akses global yang didorong oleh teknologi, semakin banyak individu terinspirasi untuk memulai perusahaan mereka sendiri. Pesatnya adopsi teknologi di Indonesia dan peran sentral internet dalam kehidupan sehari-hari telah mempercepat pertumbuhan ekosistem startup. Namun, sementara perkembangan ini menggembirakan, terdapat tantangan yang perlu diatasi seperti kebutuhan akan infrastruktur yang lebih baik, regulasi yang mendukung, dan akses terhadap sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut IMF, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, diperkirakan akan mencapai peringkat kelima dalam ekonomi global pada 2024. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dengan investasi asing langsung tertinggi kedua setelah Singapura, pemulihan ekonomi Indonesia sejak 2020 juga tercepat di antara negara-negara ASEAN. Ini menandakan peluang besar bagi para wirausahawan yang ingin mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan arus ekonomi digital Indonesia.
Indonesia mengalami perkembangan internet yang pesat dalam dekade terakhir. Menurut Statista, sekitar 70% orang di Indonesia sudah menggunakan internet pada tahun 2021, dan diprediksi akan naik hingga 83% pada 2026. Internet tidak hanya sekadar sarana komunikasi, namun telah mengubah cara masyarakat Indonesia mengakses produk dan layanan yang dibutuhkan. Sebagai contoh, e-commerce di Indonesia telah mengalami lonjakan signifikan dengan transaksi senilai lebih dari $32 miliar pada 2020, meningkat 54% dari tahun sebelumnya, sementara sekitar 1,2 juta pekerja digital aktif di Indonesia, di mana 33% dari generasi muda terlibat dalam sektor ekonomi yang diperkuat oleh teknologi, menunjukkan adopsi yang tinggi terhadap teknologi digital dalam aktivitas konsumsi.
Perkembangan infrastruktur digital yang pesat juga didukung oleh kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah. Inisiatif investasi dalam infrastruktur digital, seperti kolaborasi antara Telkom dan Microsoft Indonesia, menjadi indikasi kuat akan pertumbuhan masa depan. Rencana pembangunan pusat data pertama Microsoft di Indonesia diharapkan akan menciptakan lebih dari 60.000 lapangan kerja pada tahun 2025. Hal ini mencerminkan semangat wirausaha dan dorongan untuk mempercepat transformasi digital di Indonesia. Jakarta, sebagai pusat ekonomi Indonesia, juga menjadi salah satu ekosistem startup terbesar di dunia, dengan nilai ekosistem startup mencapai $26,3 miliar, menurut Startup Genome. Ini memberikan gambaran masa depan yang cerah bagi Indonesia.
Di tengah perubahan ini, tantangan dan risiko juga hadir. Persaingan yang ketat, kebutuhan akan bakat teknis yang handal, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat dengan perubahan pasar global adalah beberapa aspek yang harus dihadapi oleh para pengusaha startup. Terlepas dari Jakarta, salah satu tantangan utama bagi ekosistem startup adalah menciptakan kondisi bisnis yang menguntungkan yang sedang dihadapi dan didirikan di Indonesia. Menurut laporan APEC, sekitar 60% dari sekitar 270 juta penduduk Indonesia tinggal di pulau Jawa; 40% sisanya tersebar di 6.000 pulau berpenghuni yang sering kali sangat jarang penduduknya. Sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia menghadapi tantangan logistik yang unik, terutama dalam meningkatkan efisiensi logistik sambil mengendalikan biaya, yang merupakan fokus utama bagi perusahaan startup.
Menurut laporan Doing Business 2020, Indonesia mencetak skor bagus, 82 dari 100, tapi masih perlu naik untuk menyaingi Singapura yang mencapai 86 dari 100. Tahun sebelumnya, Indonesia peringkat keenam dalam kesulitan berbisnis, dari yang sebelumnya di peringkat tertinggi. Selain masalah geografis dan aturan, kekurangan tenaga terampil jadi masalah besar bagi perusahaan di Indonesia. Studi dari RGF International Recruitment Talent in Asia menunjukkan bahwa lebih dari 50% perusahaan di Indonesia mengalami kesulitan dalam mencari tenaga terampil, terutama yang dapat berbahasa Inggris dan Indonesia. Hal ini menjadi kendala serius, terutama dalam bidang teknis yang lintas batas negara.
Tindakan pemerintah Indonesia dalam mendukung ekonomi daring menjadi fondasi yang kuat bagi pertumbuhan startup teknologi. Fokus pada pembangunan infrastruktur telekomunikasi serta inisiatif untuk mengembangkan bakat digital telah menjadi katalisator penting bagi pertumbuhan ekosistem startup. Langkah-langkah seperti ini memberikan dorongan besar bagi calon pengusaha untuk menciptakan dan mengembangkan bisnis mereka. Melalui investasi dalam teknologi dan pelatihan, seperti yang terlihat dari upaya Microsoft yang telah melatih 18 juta guru dan siswa dalam 25 tahun terakhir di Indonesia tentang keterampilan digital dalam kemitraan dengan empat universitas dan Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta kerjasama antara perusahaan besar dan startup, Indonesia menonjol sebagai destinasi potensial dalam pertumbuhan ekonomi bagi startup.
Kemitraan semacam ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi startup untuk mengakses sumber daya yang lebih besar, namun juga memungkinkan perusahaan besar mendapatkan inovasi yang segar dan fleksibilitas dari para startup. Dorongan ini sejalan dengan preferensi konsumen untuk merek lokal, yang menuntut strategi adaptasi bagi perusahaan asing. Tetap, kunci kesuksesan terletak pada keterlibatan yang sejalan dengan visi progresif yang disuarakan oleh pemerintah Indonesia. Sinergi antara sektor publik dan swasta ini memberikan fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan ekonomi dan inovasi yang berkelanjutan dalam ekosistem bisnis Indonesia.
Selain itu, untuk mengatasi sejumlah tantangan yang dihadapi oleh perusahaan startup di Indonesia, terdapat beberapa langkah strategis yang bisa diambil. Secara regulasi, upaya terus dilakukan dengan langkah-langkah seperti Omnibus Law Cipta Kerja yang bertujuan menyederhanakan aturan dan mengurangi birokrasi, meskipun masih ada ruang untuk peningkatan lebih lanjut dalam menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kondusif. Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja terampil, kolaborasi dengan lembaga pendidikan dan pelatihan bisa menjadi solusi, dengan pengembangan program yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
Perusahaan rintisan juga bisa mengadopsi teknologi untuk meningkatkan efisiensi logistik dan manajemen rantai pasokan, seperti melalui penggunaan analisis data untuk optimalisasi rute pengiriman dan mengurangi biaya. Pada sisi pemasaran, fokus pada pembangunan merek lokal yang kuat dan pengembangan produk serta layanan yang sesuai dengan preferensi konsumen Indonesia menjadi kunci penting dalam memasuki pasar yang didominasi oleh merek lokal.