Lihat ke Halaman Asli

Teknologi Turtle Exclude Device: Mengubah Nasib Penyu dari Jaring Kematian

Diperbarui: 19 Juli 2021   12:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Salah satu dari 8 spesies penyu, Chelonia mydas (Lindgren, 2013)

Disusun oleh: Ariq Faizzikri, Elvita Fatma Parawangsa , Muhamad Azril , dan Veronika Montana 

Penyu merupakan hewan laut yang keberadaanya terancam kepunahan. Hal ini  disebabkan oleh beberapa faktor yaitu abrasi pantai, perubahan iklim (climate change), dan tertangkapnya penyu secara tidak sengaja oleh jaring nelayan, khususnya jaring pukat harimau (trawler) sebagai tangkapan sampingan (Kurniawan et al, 2015). Hal ini merupakan salah satu ancaman terbesar  yang dihadapi penyu. Populasi penyu akan semakin menurun selama para nelayan menggunakan jaring. Maka  untuk mencegah kematian penyu karena jaring, dibuat teknologi TED atau kepanjangannya Turtle Excluder Device. TED merupakan  salah satu alat khusus yang berfungsi dalam membebaskan penyu dan biota lain yang terperangkap di jaring nelayan. 

TED pertama kali diciptakan pada akhir 1960-an, oleh seorang nelayan dari Georgia, Amerika Serikat untuk mengurangi tangkapan sampingan (bycatch). TED dikembangkan lagi oleh organisasi kelautan dan cuaca Amerika Serikat, NOAA (National Oceanic & Atmospheric Administration) pada tahun 1987 Amerika Serikat mewajibkan semua kapal trawler udang untuk mengadopsi teknologi ini di jaring yang mereka gunakan. Selain AS, Australia, India dan Malaysia juga mengadopsi TED di kapal-kapal trawler mereka.

(Oceana, 2016)

Gambar 2. Ilustrasi cara kerja dari TED 

Bagaimana TED menyelamatkan penyu yang terperangkap di jaring? Seperti diperlihatkan pada Gambar 2, TED dalam bentuk kisi-kisi metal berbentuk silindris berfungsi sebagai penyaring, dimana hewan-hewan berukuran besar akan tertahan di kisi tersebut sementara udang-udang dan ikan  kecil (target catch) melewati kisi dan terperangkap di dasar jaring. Pada bagian bawah atau atas kisi terdapat lubang (escape hatch) yang memungkinkan tangkapan sampingan berukuran lebih besar dari 10 cm untuk kabur dari jaring.

Namun, TED tidak luput dari kekurangan, berdasarkan para nelayan, TED dianggap merugikan karena mengurangi hasil tangkapan mereka akan tetapi hasil studi menunjukkan pengurangan hasil tangkapan hanya sebesar 5%-13%. Meskipun demikian, TED sangat efektif dalam mengurangi kematian penyu serta murah, sederhana dan mudah untuk dipasang (Shiffman D, 2011).

Selain TED, apakah ada teknologi atau inovasi yang bisa digunakan untuk mengurangi kematian para reptil laut kita? Nelayan bersama dengan WWF (World Wildlife Fund) di Pontianak, Kalimantan Barat menggunakan teknologi lampu Light Emitting Diode (LED) yang berfungsi untuk mencegah penyu yang mendekati jaring (Wahju et al, 2015). 

Data yang diperoleh WWF pada tahun 2017 membuktikan bahwa memasang lampu LED pada alat penangkap ikan dapat menurunkan hasil tangkapan sampingan sebesar 61,4% (Rahmadi R, 2017). Bahkan, selain mencegah penyu tertangkap di jaring, teknologi ini juga memiliki dampak positif terhadap nelayan pada contoh kasus di Pulau Paloh 2017, dimana pemakaian LED hijau menaikkan hasil tangkapan nelayan sebesar 11.6% dari sebelumnya (Paino, 2019).

Teknologi seperti TED dan LED berpotensial dalam mencegah kematian penyu karena terjerat jaring-jaring. Oleh karena itu, dengan semakin berkurangnya populasi penyu, semoga teknologi penyelamat penyu ini dapat digunakan secara meluas, dan bahkan diwajibkan untuk digunakan di setiap kapal nelayan yang menggunakan jaring pukat harimau sehingga salah satu satwa unik ini dapat terus berenang di lautan kita.       




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline