Lihat ke Halaman Asli

Muhimatul Khoiriyah

Universitas Airlangga

"Di Ampenan, Apalagi yang Kau Cari" Karya Kiki Sulistyo

Diperbarui: 3 Januari 2024   06:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiki Sulistyo. Sumber: borobudurwriters.id 

Kalau bicara soal penyair, apakah hanya terlintas nama Sapardi Djoko Damono? M Aan Mansyur? Gus Mus? Atau Chairil Anwar? Memang tidak salah kalau menyebut mereka sebagai penyair kondang, tetapi apakah kamu tau ada penyair terkenal bernama Kiki Sulistyo?

Kiki Sulistyo merupakan seorang penyair kelahiran 16 Januari 1978 yang namanya dikenal karena karya-karya sastranya. Ia adalah seorang penulis kelahiran Ampenan, Lombok, Nusa Tenggara Barat yang produktif menulis cerpen dan puisi. Beberapa karyanya yang telah diterbitkan antara lain berjudul Penangkar Bekisar, Di Ampenan Apalagi yang Kau Cari, Belfegor dan Para Penambang, Rawi Tanah Bakarti, Muazin Pertama di Luar Angkasa, Dinding Diwani, dan lain sebagainya. 

Kiki menjadi salah satu penulis yang menerima penghargaan Kusala Sastra tahun 2017 lalu pada kategori puisi melalui karyanya yang berjudul Di Ampenan, Apalagi yang Kau Cari?.

Di Ampenan, Apalagi yang Kau Cari terbit pada tahun 2017 dan diterbitkan oleh penerbit BASABASI dengan nomor ISBN 978-602-6651-01-3[1]. Buku ini adalah buku yang menghantarkan Kiki Sulistyo menjadi penyair yang lebih dikenal para pecinta sastra. 

Mampir ke Ampenan

Ampenan merupakan sebuah kecamatan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kecamatan ini dulunya adalah kota, sebelum ibu kota provinsi dipindahkan, sehingga juga disebut sebagai Kota Tua Ampenan. Ampenan juga berarti tempat persinggahan yang berasal dari kata Amben dalam bahasa Sasak. Memang wilayah Ampenan yang merupakan kota pelabuhan menjadi tempat singgah bagi berbagai suku bangsa.

Ampenan awalnya adalah sebuah pelabuhan dan telah dibangun pada tahun 1924. Saat itu bangsa Belanda punya tujuan untuk mengimbangi kerajaan-kerajaan yang ada di Bali. Bisa dibilang pembangunan pelabuhan Ampenan merupakan ambisi kolonial Belanda yang ingin membangun sebuah kota pelabuhan.

Kota Tua Ampenan menjadi saksi sejarah Kota Mataram, Lombok. Kota ini dulunya adalah pusat kota pelabuhan di Lombok saat zaman kolonialisme Belanda. Karenanya, di sana terdapat bangunan-bangunan berarsitektur Belanda. Meskipun terlihat tak terawat, dinding bangunnya mengelupas, terlihat usang, tetapi bangunan tersebut tetap kokoh. Kebanyakan bangunan sudah ada sejak tahun 1800-an sehingga tak heran bila tampak kuno. Bangunan yang ada di Ampenan sengaja untuk tetap dijaga keasliannya hingga saat ini.

Di Ampenan, Apalagi yang Kau Cari?

Puisi-puisi dalam antologi puisi Di Ampenan, Apa yang Kau Cari?, dapat dipahami berisi mengenai segala sesuatu yang ada di Ampenan dari mata penyair atau Kiki, selain itu dikatakan singgah karena pada akhirnya Kiki tidak lagi bermukim di sana. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline