Generasi muda ialah pondasi dan suatu kekuatan sosial yang sangat berperan dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka juga sebagai agent of change yang diharapkan mampu ikut andil dalam mewujudkan cita-cita tanah airnya. Di tangan generasi muda terletak masa depan bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Kehidupan para pemuda dimasa sekarang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masa depan, karena suatu saat nanti pasti pemuda yang akan mengambil peran dan menjadi penerus di suatu entitas dari masyarakat, bangsa maupun negara. Suatu perilaku yang sangat menyedihkan bagi kalangan anak muda di Indonesia, ketika melihat bertambahnya keagresifan anak muda saat ini, mungkin dianggap wajar dilakukan, mengingat seorang anak muda yang baru mengalami pubertas seringkali menunjukan berbagai gejolak emosi, labil, egois, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah atau lingkungan pertemanannya, dan mengedepankan kesenangan di atas tindakan produktif dan positif. Sehingga hal ini menjelaskan bahwa pemuda merupakan fase paling berbahaya, masa dimana ia akan melakukan pemberontakan dalam kehidupan seseorang.
Kenakalan yang dilakukan anak muda atau biasa kita sebut dengan kenakalan remaja, adalah semua tindak perilaku atau perbuatan yang dilakukan remaja dan melanggar aturan yang berlaku di masyarakat. Meskipun begitu, fenomena kenakalan remaja mungkin dianggap suatu hal yang normal. Ketika seseorang beranjak remaja, terjadi beberapa perubahan, baik dari segi fisik dan mental. Beberapa perubahan psikologis yang terjadi di antaranya adalah para pemuda cenderung untuk tidak tahan atas segala peraturan yang membatasi kebebasannya. Perubahan itulah yang menyebabkan banyak pemuda melakukan hal-hal yang dianggap nakal. Meskipun demikian, kita tidak dapat menyangkal tindakan kriminalitas yang sering dilakukan oleh para pemuda, yang mungkin pada awalnya hanya kenakalan anak muda yang biasa saja. Namun dengan perkembangan jaman di Era globalisasi ini menempatkan dunia posisi yang tidak dapat menyaring hal buruk segala sesuatunya menjadi bebas dan terbuka yang menyebabkan nilai moral-pun mulai melemah. Terutama bagi para generasi muda yang kini mengalami multikrisis, dan krisis yang bukan hanya mengenai intelektual, melainkan krisis nilai-moral yang tidak mencerminkan budaya dan kepribadian bangsa, sehingga menyebabkan kenakalan remaja yang hadir kini sudah memperlihatkan melencengnya kualitas kenakalan sehingga menjurus pada tindakan kriminalitas, seperti mencuri, tawuran, sex bebas, narkoba, membegal, memperkosa bahkan sampai membunuh.
Berdasarkan tindakan kriminalitas pemuda tersebut jika dikaitkan dengan Teori Tindakan Sosial Max Weber. Menurut Weber, Tindakan sosial adalah tindakan seseorang yang dilakukan dengan berorientasi pada pengaruh orang lain. Manusia pastinya melakukan sesuatu karena mereka memiliki keinginan untuk melakukannya dan ditujukan untuk mencapai apa yang mereka inginkan atau kehendaki. Setelah memilih target, lalu mereka akan memperperkirakan keadaan, kemudian menentukan tindakan. Di dalam teorinya. Fokus perhatian Weber tidak lain adalah untuk memusatkan perhatian pada suatu individu, pola dan reuglaritas tindakan, bukan pada kolektivitas. Weber juga berpendapat bahwa beberapa masyarakat dapat kita bandingkan strukturnya untuk memahami apa saja maksud dari alasan masyarakat dalam bertindak, karakter mereka yang dipengaruhi oleh kejadian masa lalu, dan kemudian mengerti alasan tindakan para pelaku pada kehidupan masa kini, tapi kita tidak dapat menggeneralisasikan semua struktur sosial. Weber menujukan perhatiannya pada tindakan yang benar-benar melibatkan campur tangan proses pemikiran dan tindakan berarti yang ditimbulkan olehnya sehingga terjadinya stimulus (pemacu, penggerak) dengan respon (reaksi).
Faktor internal penyebab kriminalitas, Menurut Kartono, adalah kekalahan remaja melalui masa peralihannya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya kontrol diri terhadap pengaruh dunia luar tidak baik. Lalu salah satu faktor eksternal yang bisa membuat anak menjadi pelaku kriminalitas adalah peran orangtua, tentunya bisa dibilang menjadi penentu dan sebagai pembelajaran utama. Tapi, tidak semua orangtua mengerti cara menanggapi perubahan anaknya. Seperti sebelumnya orang tua mencoba untuk mengerti si anak akan tetapi malah sang anak itu semakin susah di atur dan membangkang. Semakin membatasi kebebasan anak dan tidak m encoba memahami apa keinginan anaknya. Sehingga sering muncul masalah antar keluarga, pemberontakan depresi, gundah, galau dan resah. Hadirnya tindakan ini umum terjadi pada masa muda daripada masa-masa lain didalam kehidupannya. Masalah faktor sosial-ekonomi mungkin merupakan salah satu faktor tidak langsung anak melakukan kriminalitas. Namun anak dari keluarga dengan ekonomi rendah mungkin tidak mendapat sesuatu yang "nyaman" jika dibandingkan dengan anak dari keluarga berkecukupan. Penyebab masalah kenakalan anak muda dapat berakibat dari berbagai hal seperti cara yang salah dari orang tua dalam mendidika anak atau sibuknya orangtua dengan pekerjaan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak, juga salahnya anak dalam memilih teman atau lingkungan pergaulan sehingga membuatnya terjerumusnya dalam pergaulan yang menyimpang. Dan kemudian indivudunya sendiri karena mengalami krisis identitas.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk meminimalisirkan tindak kriminalitas dikalangan para pamuda? Bersama-sama dari sisi orang tua, lingkungan, sekolah dan pemerintah memberikan kawasan aman untuk pemuda menyalurkan energi dengan kegiatan yang positif. Dari Segi pemerintah yang mempermudah mencari kawasan untuk berkreasi, lapangan hijau dan bagian untuk generasi muda melampiaskan energi positifnya, membuat aplikasi atau call center sebagai alat "curhat" untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak muda. Segi lingkungan masyarakat mengadakan kegiatan kepemudaan seperti karang taruna dan remaja mesjid, menegur tanpa menghakimi pemuda yang sedang melakukan tindakan yang telah melanggar norma. Segi pendidikan/sekolah memfasilitasi kegiatan Ekstrakulikuler dan apa yang diperlukan pemuda tanpa mengeluarkan biaya dan tidak menekan pemuda hanya untuk mengejar prestasi semata, menegakan peraturan yang wajar dan tidak mengekang sehingga dapat diterima dan diterapkan dengan pembentukan aturan yang sesuai dan tidak merugikan pihak manapun, memperhatikan Mental Healty para siswa bukan hanya memperhatian nilai/prestasi siswa semata. Dan yang terpenting adalah dari Segi orang tua yang merupakan pembelajaran utama seorang pemuda, orang tua harus mengembangkan komunikasi yang berbaik tanpa ada tekanan dan terbuka dengan anaknya, jika anak melakukan kesalahan maka sebelum menghakimi akan lebih baik jika terlebih dahulu menanyakan baik-baik untuk mengungkap apa yang terjadi dibalik kenakalan tersebut, memperhatikan kesehatan mental anak dengan selalu ada disaat anak membutuhkan anak tidak hanya butuh uang mereka lebih butuh kasih sayang, waktu dan perhatian yang lebih dari orang tuanya, orang tua memberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya dan apa yang ia inginkan dalam batas-batas yang bisa dimaklumi, orangtua memberikan penndidikan karakter yang dibarengi dengan memperbaiki akhlak melalui pendidikan agama dan orang tua sebaiknya memperhatikan sikap-sikap yang baik dan pantas sehingga dapat diteladani oleh anak-anak mereka.
Generasi muda, kunci pembangunan yang suatu saat nanti melindungi dan memajukan kehidupan berbangsa baik dan bernegara entah itu pembangunan fisik maupun mental sosial yang harus dikembangkan manusia seutuhnya yang jauh dari kriminalitas. Tindak kriminalitas berjalan dengan beriringan dengan generasi muda sehingga mereka sangat rawan terpapar tindakan tersebut, mereka bukan hanya pelaku tetapi mereka juga korban dari sosialisasi tidak sempurna yang mereka dapatkan sehingga sudah seharusnya keluarga, lingkungan masyarakat, sektor pendidikan dan pemerintah memberikan energi positif dan bersatu bersama menjaga generasi muda dari tindak kriminalitas.
Sumber Referensi:
George Ritzer & Douglas J. Goodman. 2007. TEORI SOSIOLOGI MODERN. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Kartini, Kartono. 2014. Patalogi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Pers