Lihat ke Halaman Asli

Hilya Rain

Mahasiswi

Bab 1 Le Petit Prince & Karir Cemerlang Penulis Cilik

Diperbarui: 17 Juli 2022   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

BANGSRI, — Ini pemikiran yang mendadak muncul di kepalaku setelah membaca lagi bab 1 dari buku Le Petit Prince.

Apa sih yang istimewa dari bab 1 itu?

Pertama, di bab satu menceritakan masa kecil seorang pilot yang membaca sebuah buku tentang rimba raya dengan judul, "Kisah-Kisah Nyata". Di buku itu digambarkan kalau ular sanca menelan mangsanya bulat-bulat. Jadi, dengan isi kepala anak kecil yang luar biasa, dia menggambar ular sanca yang menelan seekor gajah bulat-bulat. Selanjutnya, anak kecil yang kemudian hari jadi pilot itu membawa karyanya ke orang dewasa. Dia bertanya, "Apa kalian tidak takut?"

Maka orang dewasa menjawab, "Kenapa kami harus takut pada topi?"

Dengan otak luar biasanya yang menganggap orang dewasa itu butuh penjelasan untuk banyak hal, maka dia membuat ulang lukisannya. Kali ini dia memperlihatkan isi dari perut ular sanca di mana ada seekor gajah di sana. Apa kata orang dewasa?

"Berhentilah menggambar ular terbuka atau tertutup, mulailah mempelajari ilmu bumi, sejarah, hitung dan tata bahasa."

Di sini, jelas banget menggambarkan orang dewasa yang menutup kemungkinan seorang anak menemukan bakat luar biasanya. Sayangnya, ini memang sering terjadi dan banyak orang dewasa seperti ini. Tidak pintar matematika, maka dia bodoh. Tidak bisa fisika, maka dia tidak pintar. Banyak? Banyak!

Lalu, apa hubungannya dengan dunia tulis? Kenapa aku teringat sama dunia tulis?

Bab 1 Le Petit Prince kalau dilihat secara gamblang, dibaca dengan hati terbuka, akan memperlihatkan dunia di mana kita hidup. Di mana orang dewasa sering bertindak seenaknya dan menutup kemungkinan akan kesuksesan seorang anak melalui jalan lain.

Well, sebenarnya aku keinget sama diri sendiri. Sama aku di masa lalu saat terlalu menggandrungi dunia tulis. Saat itu aku juga mendapatkan perlakuan seperti anak kecil, si calon pilot.

Mereka bilang, "Menulis itu tidak penting. Jangan menulis."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline