Kala itu, ia berpijak di tengah tanah kosong yang dikelilingi pohon rindang.
Ia terus memperhatikan pergerakan angin mendung yang sedang berjalan, seperti sedang mencari posisi yang tepat untuk diguyur hujan.
Sesekali matanya mengerjap, otaknya memikirkan hal-hal yang terjadi, baik hal menyakitkan atau menyenangkan.
Sesekali hatinya sakit saat terbesit kejadian yang menyakitkan, tetapi bibirnya mengukir senyuman sebagai apresiasi keberhasilannya melewatkan tantangan.
Hidup tidak selalu mulus, wahai wanita yang sedang menuju pendewasaan.
Tegapkan bahumu dan kokohkan pijakanmu. Wajahmu memang harus menatap ke depan, tetapi jangan lupa sesekali tengoklah ke samping dan ke bawah, agar kamu tetap menjadi manusia seutuhnya.
Carilah tempat untuk menuaikan kesedihan dan kerapuhanmu, kamu boleh mengendurkan bahumu, namun harus ingat "perjalanan harus dilanjutkan".
Jadi, kalau lelah berhentilah sejenak, hingga kamu tenang, dan bisa melanjutkan perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H