Lihat ke Halaman Asli

Hilwa Mumtaza

Mahasiswa-Pengajar

Idul Adha: Menemukan Makna Sejati Melalui Rasa Syukur

Diperbarui: 1 Juli 2023   04:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Idul Adha merupakan salah satu perayaan yang besar maknanya bagi umat muslim di seluruh dunia. Pada hari yang suci ini, kita mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail yang merupakan anaknya, serta mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan saat ini, Idul Adha menjadi momen penting untuk merenung, memperkuat rasa syukur, dan menemukan makna sejati di balik pengorbanan. Melalui rasa syukur yang tulus, kita dapat menggali kedalaman makna Idul Adha dan meningkatkan pemahaman serta penghayatan kita terhadap agama dan nilai-nilai kehidupan yang diturunkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mari kita dalami perayaan ini dengan hati yang lapang, merenungi pesan-pesan yang tersembunyi, dan menemukan makna sejati melalui rasa syukur yang membawa kebahagiaan dalam hidup ini.

 Hari Raya Idul Adha

Perayaan Idul Adha diawali dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang diperintah Allah untuk menyembelih puteranya, Ismail, melalui mimpi. Perintah tersebut sebagai tanda pengabdian kepada-Nya. Nabi Ibrahim menyadari bahwa mimpinya tersebut merupakan wahyu dari Allah SWT dan hal tersebut merupakan sebuah ujian yang harus ia jalani. Meski berat, Nabi Ibrahim memutuskan untuk mengungkapkan mimpinya tersebut kepada Nabi Ismail, yang saat itu masih remaja. Nabi Ismail mengetahui bahwa mimpi tersebut merupakan perintah dari Allah SWT, sebagai orang yang shalih dan taat, Nabi Ismail dengan lapang dada menerima perintah tersebut dan bersedia untuk menunaikannya.

Keesokan harinya, mereka pergi ke suatu tempat yang disebut dengan Bukit Marwah. Di sana, Nabi Ibrahim menyiapkan segala perlengkapan untuk menyembelih. Kemudian keduanya berserah diri kepada kehendak Allah, Nabi Ismail berlutut dan menundukkan wajahnya ke tanah, sehingga Nabi Ibrahim tidak melihat wajahnya. Hal tersebut dilakukan Nabi Ismail, agar Nabi Ibrahim bisa melaksanakan perintah Allah dengan lebih cepat. 

Nabi Ibrahim mulai menggerakkan pisaunya untuk menyembelih Nabi Ismail, namun saat itu juga Allah datangkan malaikat Jibril untuk memberinya kabar bahwa dengan tunduknya Nabi Ismail untuk disembelih, tujuan dari perintah Allah melalui mimpinya itu telah terpenuhi. Setelah menerima kabar dari malaikat, mereka merasa lega dan bersyukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang telah memberikan kebahagiaan juga kebesaran hati kepada mereka untuk menghadapi ujian yang berat tersebut. Kemudian Allah gantikan Nabi Ismail dengan domba besar yang putih dan sehat.

Tindakan Nabi Ibrahim tersebut merupakan kepatuhan yang tulus terhadap perintah yang Allah berikan. Allah SWT memuji Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail atas kesetiaan dan ketaatannya yang luar biasa dalam menghadapi ujian tersebut. Allah memberi ganjaran yang sesuai karena keduanya telah menunjukkan kepatuhan yang tulus dan ikhlas kepada-Nya. Mereka dapat mengatasi ikatan emosional antara ayah dan anak, semata-mata untuk mematuhi perintah Allah SWT.

Peristiwa tersebut melambangkan kesetiaan, ketaatan, dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim adalah contoh yang luar biasa dalam menghadapi ujian yang sangat berat sekaligus menunjukkan kepercayaan yang mendalam kepada Allah SWT. Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya mengorbankan sesuatu yang kita cintai demi ketaatan kepada Allah SWT.

Cerita tentang peristiwa ini terdapat dalam Al-Quran, Surah As-Saffat (37) :102-107. Cerita ini juga dikenal sebagai peristiwa Kurban atau Idul Adha, yang hingga kini dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai hari raya yang suci. Peristiwa penyembelihan kambing inilah yang menjadikannya sebagai dasar ibadah kurban sebagai media pendekatan diri kepada Allah, yang kemudian  disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ibadah penyebelihan hewan kurban dijalankan pada hari raya kurban atau raya haji, serta pada hari-hari tasyriq, yaitu tiga hari berturut-turut setelah hari raya kurban, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Hewan yang dikurbankan terdiri dari ternak seperti unta, sapi, kerbau, dan kambing. Syaratnya adalah harus terbebas dari cacat fisik, tidak sakit, dan sudah mencapai usia yang cukup. Menyembelih hewan kurban ini merupakan sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan.

Perintah tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Kautsar (108) ayat 2, yang berbunyi "fasholli lirobbika wanhar" yang memiliki arti "maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)". Dengan ditetapkannya ibadah kurban dalam agama Islam, maka peristiwa tersebut menjadi kisah yang akan selalu dikenang dan diikuti pelaksaannya hingga saat ini. Ibadah kurban juga menghidupkan agama islam dengan membagikan daging kurban kepada keluarga yang membutuhkan terutama kaum fakir miskin, dhuafa dan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline