Diberi label sebagai "Black Swan Events" (Deloitte, 2020) dan disamakan dengan krisis ekonomi Perang Dunia Kedua (The Guardian, 2020), berjangkitnya COVID-19 telah merugikan sistem kesehatan global dengan efek riak pada setiap aspek kehidupan manusia.
Pemerintah di berbagai negara telah memberlakukan penutupan perbatasan, pembatasan perjalanan dan karantina (Al Jazeera, 2020) di negara-negara yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar di dunia, memicu kekhawatiran krisis ekonomi dan resesi yang akan datang (Buck, 2020).
Kita bisa melihat efek COVID-19 pada aspek individual ekonomi dunia, dengan fokus pada sektor primer yang mencakup industri yang terlibat dalam ekstraksi bahan baku, sektor sekunder yang terlibat dalam produksi produk jadi dan sektor tersier termasuk semua industri penyediaan layanan.
A. Sektor Primer
1. Pertanian
COVID-19 telah menguji ketahanan sektor pertanian. Keruntuhan global dalam permintaan dari hotel dan restoran berakibat harga komoditas pertanian turun 20% (Rediff Real Time News, 2020).
Negara-negara di seluruh dunia telah memberlakukan sejumlah tindakan perlindungan untuk menahan pergerakan produk meningkat secara eksponensial. Termasuk social distncing, menghindari perjalanan yang tidak perlu, dan larangan ibadah berjamaah.
Anjuran isolasi diri saat kontak dengan suspect pembawa virus kemungkinan akan berdampak pada jumlah pengawasan dan staf pengiriman yang penting untuk memastikan verifikasi dan transportasi produk.
Kondisi ini akan memiliki implikasi yang jelas untuk barang yang mudah rusak seperti daging dan sayuran. Selain itu, pasar telah melangkah lebih jauh dengan menutup lantai perdagangan yang berdampak pada kemampuan untuk bertukar komoditas.
Chicago Mercantile Exchange adalah contoh terbaru (Chicago Business, 2020). 'Pembelian panik' semakin memperumit kekurangan di luar rak supermarket. American Veterinary Medical Association (AVMA) bahkan telah menyatakan keprihatinan atas rendahnya tingkat farmasi hewan dari beberapa pemasok obat besar.