Lihat ke Halaman Asli

Antara Kopi, Perjuangan, dan Calon Dokter

Diperbarui: 29 Oktober 2016   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

caffeine-png-5814999ed993733e29a353bc.png

Ada yang tahu bahan kimia apa ini?

Tidak, saya tidak menantang diri kalian untuk membuka kembali buku kimia SMA.

Ini adalah caffeine (kafein), suatu zat yang orang awam kenali sebagai penahan rasa kantuk

Ada yang menarik dengan bahan tersebut

Beethoven sarapan pagi dengan tidak lebih dari 60 biji kopi setiap hari, terseduh di meja makannya. Begitu pula founding father of AmericaBenjamin Franklin. Pemikir hebat, Voltaire, pun adalah penikmat kopi kronis

Ya, KRONIS

Tapi apakah seorang pemikir hebat perlu berteman baik dengan kafein pada kopi? Menurut saya tidak selalu. Selama mereka dapat handle diri untuk terjaga melewati malam hari.

Saya adalah seorang mahasiswa kedokteran, dan saya adalah salah satu mahasiswa yang tidak berotak cemerlang. Saya adalah mahasiswa yang berbeda dengan mereka yang datang kuliah, melihat dosen menyampaikan materi, buka textbook sebentar malamnya, lalu dapat tidur dengan tenang.

Saya bukan mereka. Gen saya berbeda.

Saya perlu struggle lebih untuk memahami sama seperti mereka dalam suatu hal. Ini saya sadari ketika saya, pada hampir satu semester, mendapatkan nilai-nilai yang jauh dari harapan.

So you know, di kampus saya, FK UNAIR, Anatomi di kurikulum ini dibagi menjadi 3 paket. Ekstrimitas (alat gerak), Torak dan Abdomen (Area badan atas dan badan bawah seperti dada dan perut), dan Kepala (otak, mata, hidung, dan lain-lainnya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline