Beberapa tahun lalu, Dr. Nurul dengan sangat antusias mengatakan kepada saya, dan sampai saat ini masih terngiang, "Saya ingin menjadikan kamu sebagai ahli material manganese." Saat itu Dr. Nurul dan tim memang sedang dalam proyek eksplorasi manganese di daerah yang belum tersentuh. Negara kita memang begitu kaya akan sumber daya alam, termasuk manganese.
Gayung bersambut, alhamdulillah, saya mendapatkan kesempatan melanjutkan kuliah di Korea Selatan. Saat saya tiba, profesor memberikan saya sebuah proyek yang mana merupakan proyek yang belum pernah dikerjakan oleh lab kami, dan ternyata menggunakan manganese. Profesor memberikan tantangan kepada saya untuk develop sebuah sistem baterai baru; sebuah baterai yang murah, ramah lingkungan, tidak beracun, proses fabrikasi yang sangat mudah, dapat difabrikasi pada udara terbuka. Manganese memang kandidat yang sangat menjanjikan untuk sistem tersebut.
Selama tiga tahun lebih kami melakukan eksperimen akan sistem baterai tersebut dan alhamdulillah, sekitar 60% artikel ilmiah saya fokus pada baterai tersebut, satu diantaranya terbit di salah satu jurnal terbaik di dunia, yaitu Chemistry of Materials dan yang terbaru, terbit di Chemical Physics Letters ( free access pada tautan).
Sejauh pengetahuan saya, sistem baterai ini hanya dikerjakan oleh tidak lebih dari 8 lab di seluruh dunia.
Potensi Indonesia
Saat saya menyelesaikan skripsi S1, saya dan seorang sahabat saya, Ibad, merupakan bagian dari sedikit mahasiswa yang pada saat itu (tahun 2008) mengambil tema besar nanomaterial. Saat itu kami develop mesoporous silica materials (SBA-15). Sebuah material yang sangat unik dan banyak aplikasinya. Walau kami perlu menunggu bahan kimia dari Singapura selama beberapa bulan, dan develop beberapa apparatus dengan bantuan seorang mechanical prodigy (Bang Mamat), serta dengan arahan dari doktor muda nan brilian (Pak Herman dan Pak Doni), alhamdulillah kami berhasil melakukan sintesis dan karakterisasi SBA-15.
Penelitian terbaru kami (Sumber) membahas sebuah metode yang sangat sederhana dalam melakukan sintesis manganese dioxide ukuran nano dengan morfologi berupa rod pada temperatur yang cukup rendah 80 degree C yang kemudian kami gunakan untuk sistem baterai yang sangat murah, ramah lingkungan, serta proses fabrikasi yang juga mudah.
Melihat kembali apa yang saya kerjakan saat itu serta merujuk kepada penelitian yang saya lakukan saat ini, terlebih dengan fasilitas di kampus Indonesia saat ini, saya optimis bahwa Indonesia dapat mendongkrak sisi riset di kampus-kampus. Saya juga optimis, dibidang material, kimia, fisika, kita bisa banyak menerbitkan artikel ilmiah di jurnal-jurnal berkualitas dengan impact factor sekitar 1, 2, hingga 4. Namun, tentu dengan catatan, ada perubahan atmosfer penelitian di kampus-kampus di Indonesia.
bersambung ..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H