Lihat ke Halaman Asli

Legenda Tinju Dunia Muhammad Ali, Rela Kehilangan Gelarnya Demi Kemanusiaan

Diperbarui: 30 Juni 2024   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Muhammad Ali alias Cassius Marcellus Clay Jr. lahir pada 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, adalah salah satu petinju terhebat dalam sejarah. Dia mulai berlatih tinju pada usia 12 tahun dan meraih medali emas di Olimpiade Roma pada tahun 1960. 

Pada usia 22 tahun, Ali menjadi juara dunia tinju kelas berat setelah mengalahkan Sonny Liston pada tahun 1964. Ali mempertahankan gelar kelas beratnya sebanyak tiga kali, dan menjadikannya legenda dalam dunia tinju. Tak lama setelah itu, ia memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Muhammad Ali.

Pada tahun 1966, Ali menolak bergabung  wajib militer untuk Pasukan Militer Amerika Serikat dengan alasan etika beragama dan kemanusiaan. Akibatnya, dia dihukum dan gelarnya dicabut, meskipun akhirnya hukuman ini dibatalkan dan membalikkan hukumannya pada tahun 1971. Pada saat itu, ia dilarang untuk bertarung selama 4 tahun dan kehilangan performa puncaknya sebagai seorang petinju. Selain itu, Ali juga merupakan aktivis hak-hak sipil yang berani, mendukung gerakan Black Power serta Nation of Islam. Tindakannya menjadikannya simbol keberanian dan inspirasi dalam perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan.

Warisan Muhammad Ali dikenang tidak hanya sebagai petinju legendaris tetapi juga sebagai pejuang hak asasi manusia. Dia diabadikan dalam berbagai penghargaan dan gelar, termasuk Sports Illustrated's "Sportsman of the Century" dan BBC's "Sports Personality of the Century". Film dokumenter dan buku tentang hidupnya terus dirilis, memastikan bahwa warisannya tetap hidup di generasi mendatang. Keberanian Ali dalam menentang ketidakadilan dan dedikasinya pada prinsip-prinsipnya membuatnya menjadi tokoh yang dihormati dan dikenang hingga saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline