Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Hilmi Rizadha

Undergraduate Student of Department of Biology

Biologi Laut, Mangrove Jakarta dan Sampah Ibu Kota

Diperbarui: 18 Desember 2019   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampah Ibu kota | kompas.com

Setiap kita mendengar nama kota "Jakarta" pasti kita akan terpikirkan oleh ramainya aktivitas manusia. Mulai dari ramainya jalanan Jakarta, padatnya rumah dan gedung ibukota dan tingginya jumlah populasi manusia di kota metropolitan ini. 

Bahkan, menurut Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, jumlah penduduk di ibukota ini sebanyak 10.467.630 pupolasi yang terdaftar sebagai penduduk DKI Jakarta. 

Hal tersebut belum termasuk penduduk yang hanya beraktivitas di Jakarta, bukan tinggal tetap. Sudah terbayangkan berapa sampah yang dihasilkan setiap jam makan siang berapa? Itu baru jam makan siang loh, belum aktivitas lainnya.

Mungkin kita sudah bosan dengan sampah yang berada di sungai Jakarta, mungkin sudah berulang kali pemerintahan provinsi selalu giat untuk mengkampanyekan untuk tidak membuang sampah di sungai. 

Tapi dengan adanya kampanye itu, apakah kita semua terpikirkan dengan kemana sampah itu bermuara dahulu? Apakah di laut? Tidak! Sampah tersebut akan terlebih dahulu 'nyangkut' di mangrove. Pasti banyak yang belum tau bahwa Jakarta punya mangrove, justru mangrove itulah sebenarnya salah satu dari 'Pesona Jakarta'!

Jakarta memiliki 3 kawasan mangrove yang utama, karena selebihnya berada di Kepulauan Seribu. Mangrove utama tersebut yaitu Taman Wisata Mangrove Angke Kapuk, Hutan Lindung Angke Kapuk dan Suaka Margasatwa Muara Angke. 

Di antara itu semua, ada hal yang cukup yang memprihatinkan, yaitu sampah. Sampah-sampah tersebut tersangkut di akar-akar pohon mangrove tersebut. Hal yang paling memprihatinkan sekali, di ketiga kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hewan yang menarik sekali, terutama burung dan mamalia seperti monyet.

Menurut Purwoko dkk. pada tahun 2015, asal limbah yang berada di mangrove Jakarta berasal dari limbah domestik berkisar antara 57,0%-85,4%; Limbah industri antara 8,1%-31,4%; dan Limbah peternakan 0,4%- 19,9%. 

Bahkan menurut Hastuti dkk. pada tahun 2014, kelimpahan sampah atau yang sering disebut dengan marine debris berkisar 20 hingga 533 item per-m2 dan ketebalan marine debris yang dapat ditampung oleh mangrove sebesar 180 meter. Hal tersebut menjadikan ini sebagai tekanan lingkungan bagi ekosistem mangrove di Jakarta.

Mangrove Jakarta | mongabay.co.id

Marine debris yang masuk ke dalam kawasan mangrove lebih banyak bersumber dari darat melalui aliran sungai. Pengolahan sampah dapat dilakukan oleh setiap industri dan rumah tangga dengan memilah sampah menjadi 6 jenis dominan, yaitu  kantong plastik, botol plastik, styrofoam, karet, kaca dan kaleng. 

Upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan kegiatan rutin pembersihan sampah di kawasan mangrove oleh masyarakat. Plastik yang ditemukan tidak dapat terdegradasi oleh bantuan sedimen. Substitusi plastik biodegredable menjadi solusi utama dalam mengurangi jumlah plastik di lingkungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline