Jika kita mengacu pada definisi yang bersifat material dan historis, orientalisme akan dapat dengan mudah dipahami menggunakan pengertian "discourse" (wacana) milik Paul-Michel Foucault. Bahkan Edward W. Said dalam bukunya, Orientalisme, mengatakan bahwa kita tidak mungkin memahami orientalisme tanpa menggunakan teori wacana versi Foucault.
Mari terlebih dahulu kita ketahui apa itu orientalisme material-historis. Orientalisme material-historis dapat kita pahami dengan cara mengembalikannya pada konteks akhir abad kedelapan belas, saat orientalisme diasosiasikan pada lembaga-lembaga hukum ciptaan Barat yang dikhususkan untuk berurusan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Timur.
Mudahnya, lembaga-lembaga tersebut didirikan dengan tujuan untuk merumuskan pernyataan, pandangan, dan deskripsi tentang Timur, dalam bidang apapun (seperti keumuman kajian orientalisme yang saya jelaskan di tulisan sebelumnya). Kemudian lembaga tersebut digunakan untuk mengajari Timur dalam bentuk yang lebih modern, dan menjadikan Timur sebagai tempat permukiman, kemudian memerintahnya. Dengan kata lain: lembaga hukum ini mempunyai muara tujuan untuk menanam dominasi Barat atas Timur dan melanggengkannya.
Lalu, apa hubungannya dengan wacana versi Foucault dan bagaimana menggunakan wacana Foucault untuk memahami orientalisme?
Tentu, sudah seyogyanya kita memahami lebih dulu apa itu wacana menurut Foucault. Wacana (discourse) oleh Foucault dimaknai sebagai sebuah pergulatan ideologis, yang dicomot dari kenyataan, yang diciptakan oleh kelompok-kelompok yang saling bersaing untuk mengejar ketepatan makna sejarah. Secara lebih mudah lagi, wacana menurut Foucault adalah sekumpulan ide yang diambil dari dunia realita oleh kelompok tertentu, yang digunakan untuk kepentingan kebenaran sejarah.
Dan mari coba kita runutkan pelan-pelan. Cara Barat mendirikan lembaga hukum, tidak lain merupakan hasil dari riset atau pengumpulan ide dan fakta, yang didapatkan Barat dari kenyataan asli yang mereka temukan di kehidupan Timur. Data dan fakta tersebut kemudian diolah melalui proses yang disebut "pergulatan ideologis" tadi.
Proses inilah yang menghasilkan pandangan, pernyataan, dan deskripsi tentang Timur. Kemudian Barat mematerialisasikan ketiganya ke dalam bentuk lembaga hukum. Bentuk material semacam ini akan semakin mudah mendapatkan legitimasi dalam proses mempengaruhi pandangan Timur.
Kemudian, tujuan utama Barat dalam koridor orientalisme adalah mempengaruhi dan menguasai Timur. Maka dari itu, yang dimaksud dengan "kebenaran sejarah" dalam wacana Foucault, jika dikaitkan dengan konteks orientalisme, adalah mengatur, menciptakan, dan menguasai Timur.
Dan yang menjadi masalah dari penciptaan Barat atas Timur, bisa jadi akan membuat studi Timur atau orientalisme hanya dipahami sebagai studi dan pandangan yang tidak bebas, yang terikat dengan persepsi Barat. Keterikatan ini disebabkan adanya kehendak yang terbatas dalam proses pengkajian Timur, terutama menyangkut kehendak di luar definisi Barat atas Timur.
Namun, perlu diingat, bahwa hal ini sebenarnya bukan mengindikasikan pembatasan kajian Timur berdasarkan definisi menurut Barat. Lebih tepatnya, mau bagaimanapun, pembicaraan mengenai Timur tidak bisa tidak terhindar dari konvensi-konvensi yang diciptakan Barat tentang Timur. Di sinilah kemudian disadari betapa kuatnya pengaruh Barat dalam kajian mengenai Timur.