ADA APA DENGAN KAKA DEDE
Sudah dua bulan Kaka Dede tidak sekolah. Saya dan suami pun WFH karena wabah Corona.
Biasanya di waktu luang kami main ke taman komplek namun kami tidak bisa lagi datang kesana. Seluruh taman komplek di beri pagar tali rafia. 24 jam di dalam rumah.
Bosan mulai menerpa. Film kartun di TV sudah tidak menarik lagi. Namanya juga anak-anak mereka pasti punya ide sendiri untuk menghilangkan bosan.
Suatu hari, saya sedang mencuci piring sedang suami sibuk dengan pekerjaan di gawai. Tidak biasanya, Kaka Dede tidak ribut. Aneh, bersit dalam benak. Pasti ada sesuatu.
Selepas cuci piring, saya mencari Kaka Dede. Ke penjuru rumah. Di kamar utama, pintunya tertutup, terdengar suara tertawa kecil. "Sttt... pelan-pelan!" Sayup terdengar dari dalam.
Saya geser pintu kamar. Kaka Dede matanya membulat sambil berteriak. "Enggak umi...!"
Mata saya sekarang membulat. Seluruh baju di lemari diturunkan ke kasur dan Kaka Dede melompat-lompat di atasnya.
"Dede rindu main trampolin, umi!" Kata Dede. Memang di sekolah Dede paling suka main trampolin.
Kaka menghampiri, "Maafkan Kaka umi...." Kaka yang lebih dewasa meminta maaf. Sedang Dede cengar cengir saja.
Saya menarik napas dalam. Membayangkan harus melipat ulang seluruh baju yang ada di lemari