Menjadi tenaga pendidik merupakan panggilan hati nurani dan pengabdian, kata-kata ini begitu kuat melekat di benak setiap orang yang ingin memilih menjadi guru atau dosen.
Sehingga, jika berkiprah sebagai tenaga pendidik, maka siap ditempatkan di mana saja, dan tentunya memiliki niat untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa.
Sama halnya dijalani Dra Hj Hadidjah Togubu, M.Ag, semenjak dinyatakan lulus sebagai CPNS pada 1 Maret 1991, wanita asal Tidore itu tetap memilih mengabdikan diri di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ambon, Maluku.
Kendati di Ternate saat itu juga memiliki Perguruan Tinggi Islam yakni STAIN Ternate. Namun, ia tetap memilih mengabdi di Ambon sebagai bentuk panggilan hati nurani.
Kala itu, mungkin bagi sebagian orang, jika bekerja jauh dari keluarga, pasti ingin pulang, namun bersama sang suaminya, mereka tetap menjalani pekerjaan di Ambon.
Namun, di usia senja ia kemudian memutuskan untuk kembali mengabdi di tanah kelahirannya Ternate. Sebab, wanita yang akrab dipanggil Ibu Dijah itu, memang lahir di Ternate, tepatnya pada 3 Mei 1954.
Sejak memutuskan kembali ke Ternate, sang suami yang juga berprofesi sebagai PNS ditugaskan di Dinas Pendidikan kota Ternate. Dan beliau, di STAIN Ternate.
Semenjak 2013 mulai mengabdi di STAIN Ternate, sosok pemurah senyum itu, memang banyak yang tidak mengenal, saya sendiri pun tidak mengenalnya. Namun, karena saat itu, diberi tanggung jawab mengelola aplikasi gaji pegawai, sehingga terlibat mengurus administrasinya di kantor KPPN dan Taspen Ternate, dan mulai akrab dengan beliau.
Keakraban kami pun berlangsung hingga beliau menghembuskan napas terakhirnya. Lantaran, sangat dekat dengan beliau, sehingga pengurusan di luar kampus pun beliau kerap menelpon untuk meminta membantu beliau.
Ibu Dijah, menurut saya adalah seorang dosen yang sangat disiplin, kedisiplinannya pun bukan hanya soal mendidik mahasiswa. Namun, dikenal disiplin menjaga salat lima waktu.