Lihat ke Halaman Asli

Hilman Idrus

Fotografer

Mengulik kisah Belajar Menulis Bersama Mendiang Dr Arifin Rada, MH

Diperbarui: 31 Agustus 2022   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendiang Dr Arifin Rada, MH

Bagi mahasiswa IAIN Ternate angkatan 2016, tentu tidak mengenal sosok mendiang Dr  Arifin Rada, MH. Lantaran candidat guru besar itu telah dipanggil Sang Khaliq pada 2015 silam, tepatnya 31 Juli 2015.

Khusus para jurnalis di kota Ternate memang akrab dengan beliau, pasalnya selain menjalani rutinitas sebagai akademisi, Arifin Rada atau biasa disapa Bang Ipin, adalah Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Tabloid Mingguan SINTER. 

Alumni pascasarjana (S-3) Universitas Brawijaya, Malang, itu memang aktif menulis di media cetak, saya cukup ingat, sebelum STAIN Ternate beralih status ke IAIN, semasa STAIN, "hanya" beliau, dan Bang Murid Tonirio, Bang Agus salim Bujang yang lebih aktif menulis di sejumlah media cetak di Ternate. 

Bahkan, saya sendiri semangat menulis mulai terinspirasi dari mereka bertiga. Kala itu, kerap melihat nama mereka tampil di rubrik opini berbagai koran dan tabloid, memantik saya ingin seperti mereka. 

Karena Bang Ipin dulunya berkiprah di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan saya juga di korps hijau hitam, maka tidak sulit untuk mendekati beliau, sehingga sapaan Dinda-Abang pun familiar kala itu. 

Saya sering diajak ke kediamannya, di kelurahan Ubo-Ubo Ternate Selatan -- kami sering menghabiskan malam bersama dan ngobrol seputar dunia menulis -- bahkan saat itu, beliau berkeinginan kuat agar membentuk salah satu UKM di STAIN Ternate, agar beliau terlibat untuk membimbing Mahasiswa dalam hal tulis menulis. 

Namun, kala itu terbentur dengan berbagai kendala, terlebih saya memang konsentrasi penuh sebagai staf di bagian keuangan saat itu, sehingga niat baik beliau tidak dapat dieksekusi dengan baik. 

Hingga pada 2014 ketika peralihan status STAIN ke IAIN dan Bang Ipin diberi tanggung jawab sebagai Dekan pada Fakultas Syariah, dan kesibukan mulai bertambah, maka konsentrasi penuh untuk pengembangan Fakultas dan Lembaga. 

Walaupun begitu, kami sering memanfaatkan waktu rehat di Tapak II Ternate untuk membunuh waktu senggang sambil diskusi soal dunia menulis. Dan, ceritanya pun seputar pengalaman beliau menjadi jurnalis. 

Kata beliau saat menjadi wartawan tetap pada Majalah Nasional, kemudian Harian Fajar, Majalah Suara Masjid Jakarta bahkan menjadi penulis freelance di Harian Suara Maluku. Menjadi modal berharga kala beliau menjadi dosen di STAIN Ternate. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline