Lihat ke Halaman Asli

Hilman Idrus

Fotografer

Abdi Negara Menanti Pencairan Gaji Ke-13, Petani Cengkih di Maluku Utara Menjerit

Diperbarui: 9 Agustus 2020   00:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pekan depan, para Abdi negara pasti semringah, pasalnya Presiden Joko Widodo pada Jumat (7/8) kemarin sudah menandatangani Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 tahun 2020 tentang Pemberian Gaji, Pensiun, Tunjangan atau Penghasilan Ketiga Belas. 

Tentu, ini menjadi kabar gembira bagi PNS, TNI, Polri dan Pensiunan. Sebab, gaji ke-13 yang ditunggu-tunggu itu pun akhirnya terbayar. 

Memang, gaji ke-13 sudah ditetapkan Pemerintah sebagai tambahan penghasilan untuk abdi negara dan dibayarkan pada pertengahan tahun bertepatan tahun ajaran baru, guna menambah biaya pendidikan anak-anak, dan dibayarkan sesuai penghasilan bulanan atau gaji bulan Juni. Hanya saja, pembayaran gaji ke-13 pada tahun 2020 sedikit terlambat, lantaran pandemi covid-19. Walaupun terlambat, namun tetap terbayarkan. 

Di saat para abdi negara menunggu sms banking pertanda gaji ke-13 sudah masuk ke rekening tabungan, maupun yang lainnya menanti kabar dari bendahara untuk menerima gaji ke-13 secara manual. 

Berbeda dengan petani cengkih, khususnya di Maluku Utara, sebagaimana dilansir Malut Post pada Jumat (7/8) kemarin, harga cengkih kembali turun, membuat petani cengkih merana. 

Pasalnya, harga cengkih saat ini, tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani cengkih untuk menyewa para pekerja saat musim panen pada April lalu, yaitu Rp 125 ribu hingga Rp 150 ribu perhari. 

Sebab, harga cengkih saat ini Rp 56 ribu -Rp 57 ribu perkilogram, sebelumnya pada 2019 lalu harga cengkih berada pada angka Rp 80 ribu hinga Rp 90 ribu per kilogram.

Jelas, harga cengkih saat ini membuat para petani mengalami kerugian apabila mereka menjualnya, tentu ini menjadi dilematis bagi petani cengkih, lantaran di masa pandemi Covid-19 khususnya para petani cengkih diperhadapkan pada dua pilihan menjual untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, dan sebagai biaya tambahan bagi anak-anak mereka pada tahun ajaran baru, ataukah menyimpan dan menunggu harganya kembali naik. 

Cengkih merupakan salah satu komoditas unggulan pada sektor perkebunan, sejauh ini menjadi andalan bagi para petani di Maluku Utara, dan tentunya memiliki sejarah yang istimewa, dan tetap menjadi wacana oleh para generasi penerus bangsa. 

Sebab, awal mula datangnya bangsa-bangsa Eropa ke Maluku karena ketertarikan pada rempah-rempah, dan Cengkih dan Pala merupakan target utama. 

Dikutip dari www. Indonesia.go.id, Orang Eropa kala itu meyakini bahwa, harga satu kilogram Pala dan Cengkih jauh lebih mahal daripada satu kilogram emas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline